Mengenal Observatorium Bosscha
Ditahun 1993-1997 Bosscha begitu biasa saya menyebutnya, peneropongan kebanggaan Indonesia ini terasa begitu dekat di memori, selain tidak jauh dari kampus IKIP Bandung (sekarang UPI Bandung), pernah beberapa kali berkunjung, baik dalam rangka mata kuliah maupun sebagai tempat bermain melepas kepenatan tugas-tugas Kuliah.
Apalagi Minggu pagi hari, sambil jalan-jalan memburu susu segar dan yoghurt istimewa di Baruajak sambil menikmati juga hangatnya ketan bakar ditengah dinginnya suhu kota Lembang kab.Bandung, menambah indahnya perbukitan dibawah kaki gunung Tangkuban parahu.
Dikota kecil namun namanya besar ini banyak sekali peristiwa dan pengalaman dalam perjalanan hidup dari sejak mahasiswa sampai menjadi seroang guru; baik pelatihan, training tingkat provinsi maupun nasional, lomba OGN, guru berprestasi di tahun 2015 yang meraih peringkat 2 tingkat Provinsi , sertifikasi,bahkan melahirkan anak ke-4 di sebuah Klinik di kota Lembang, menjadikannya lengkap dan sempurna memori di kota Susu ini.
Jaraknya yang tidak jauh dari tempat kost kurang lebih 2 Km kearah utara dari Bumi Siliwangi kampus IKIP Bandung, tinggal naik angkot elf STT Hall - Lembang dengan harga Rp. 400,- (saat itu 1993-1995) sekarang entah berapa , sudah bisa sampai ke lokasi, tepatnya di Jalan Peneropongan Bintang Lembang kabupten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat.
Kalau dari pusat kota (kebun kalapa Bandung) jaraknya sekitar 15 Km. memakan waktu sekitar 30 Menit jika tidak terjebak macet, karena biasanya kalau weekend tamu-tamu luarkota banyak yang menuju kota lembang berwisata dan beristirahat karena kota ini penuh dengan destinasi wisata Alam yang indah, selain tentunya Gunung tangkuban Parahu yang satu paket ke pemandian air panas Ciater Subang , dimana keduanya menjadi icon Wisata Provinsi Jawa Barat.
Jalur yang bisa ditempuh :
- Dari Subang - Langsung ke Gunungtangkuban perahu dan turun ke Lembang kemudian ke Baruajak jalan Peneropongan Bintang.
- Dari Bandara Husen Sastranegara - angkot Elf Ciroyom - Lembang dan berhenti di Jalan Peneropongan Bintang
- Terminal Kereta Api Bandung, STT Hall - lembang
- Terminal Cicaheum Bandung - Angkot Cicaheum - Ledeng kemudian diteruskan ke Lembang menggunakan angkot Elf STT Hal/Ciroyom ke Lembang
- Terminal Leuiwipanjang - angkot ke Stasion Bandung- kemudian naik angkot Elf STT Hal - Lembang
- Kebun Kalapa Bandung, Naik angkot ke STT Hall - kemudian dari STT Hall - Lembang
Sumber gb. bosscha.itb.ac.id |
Observatorium Bosscha
Terletak dikoordinat geografis 107°37’ Bujur Timur (BT) dan 6°49’30” lintang selatan (LS). luas 6 Hektar diatas 1310 mdpl atau sekitar 630 m dari dataran tinggi kota Bandung. Dalam keadaan normal temperatur di malam hari bisa sampai 18 Derajat (Juni dan Juli) dan siang hari 23 derajat, dengan kelembaban rata-rata 80-90%. Dengan malam cerah untuk pengamatan astronomi sekitar 150 hari pertahun dan lebih dari itu untuk pengamatan fotometri.
Kode Observatorium Persatuan Astronomi Internasional untuk Observatorium Bosscha adalah 299. Ditahun 2004 Obsevatorium Bosscha dilindungi UU nomor 2 tahun 1992 tentang benda cagar budaya. Dan ditahun 2008 Pemerintah menetapkan Obsevatorium Bosscha ini sebagai obyek vital nasional yang harus di amankan dan dilindungi.
Sejak berdiri observatorium Bosscha terus digunakan untuk pengamatan langit, walau untuk kondisi sekarang sering terganggu oleh terangnya lampu perumahan yang semakin hari semakin terang diwilayah Baru ajak khususnya dan umumnya di Bandung Utara.
Awal mula pendirian Bosscha diawali dari ide beberapa tokoh astronomi saat itu
- John Mauritz Mohr seorang pendeta Belanda kelahiran Jerman tiga abad silam telah membangun observatorium pribadi di Batavia (Jakarta) yang mengamati dan melakukan penelitian langi selatan. Dari hasil pengamatannya diperoleh gambaran adanya Transit Venus ditahun 1761 dan 1769 yang dipublikasikan dalam Philosophical Transactions.
- 1769 Astronom Prancis, De Bougainvile melakukan pengamatan tentang transit Venus. Joan George Erardus Gijsbertus Voute, Insinyur Astronom kelahiran Madiun , yang melakukan penelitian dan pengamatandi Cape Observatory di Afrika Selatan, namun karena kurangnya dukungan pemerintah setempat Voute kembali ke Hindia Belanda. Kemudian Voute berusaha mempengaruhi beberapa astrono Belanda untuk membangun obserrvaorium di Hindia Belanda. Dan Voute ini bersahabat dengan pengusaha perkebunan kaya yang bernama Karel Albert Rudolf Bosscha anak seorang fisikawan Belanda bernama Prof. Dr. J Bosscha Jr dan ibunya Paulina Emilia Kerkhoven
- 1920 berdirilah Nederlandch Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) yaitu perhimpunan ilmu Astronomi Hindia Belanda. Yang di pelopori oleh Karel Albert Rudolf Bosscha.
- 12 September 1920 ; diadakan rapat pertama NISV dihotel Homman Bandung yang memutuskan untuk membangun sebuah observatorium dengan tujuan memajukan ilmu Astronomi di Hindia Belanda. Dan KAR Bosscha berjangji memberikan bantuan pembelian teropong modern.
- 1921 ; Mr Bosscha dan Mr Dr. J Voute dari Obeservatorium Leiden berangkat ke Werk Jerman untuk memesan “Meredian Circle dari perusahaan optic Jerman Carl Zeiss Jena yang merupakan double refraktor. Teleskop dengan garis tengah 60 cm dan panjang 11 meter
- Melakukan penelitian dan menetapkan lokasi observatorium dengan memilih Kawasan pegunungan Tangkuban parahu yang berjarak 15 Km ke utara dari pusat kota Bandung, tempat ini dipilih karena paling cocok untuk dibangun observatorium dengan pertimbangan :
- Udara disekitar area sangat sejuk
- Jauh dari keramaian
- Dengan ketinggian 1300 mdpl dapat memandang lepas ke timur dan ke barat.
- Atas kebaikan Ursone bersaudara pengusaha pemerahan sapi Baroe Adjak menyumbangkan dan menyerahkan kepemilikan tanah seluas 6 hektar ke NISV
- 1922 pembangunan Observatorium dimulai
- 1 januari 1923 Observaroium Selesai walau saat itu belum ada Teleskopnya, dan diresmikan oleh Mr. D Fock , Gubernur Jenderal dan Dr Voute diangkat sebagai Direktur pertama Observatorium Bosscha.
- 1928 pengumpulan dana pembangunan observaroium yang diprakarsai KAR Bosscha dan para pengusaha dan orang-orang terpelajar yang tergabung di NISV terkumpul 1 Juta Gulden
- Setelah 5 tahun menunggu akhirnya pada 10 Januari 1928 Teleskop Double Refraktor pesanan dari Jerman tiba.
Proses perjalanan Teropong Refraktor Double Zeis
Saat pertama tiba teropong dengan diameter 60 cm dan Panjang 11 meter ini. Diturunkan dari kapal “Kertosono” milik perusahaan Rotterdamsche Lioyd. Sebanyak 27 peti kemas dengan bobot total 30 Ton kemudian diangkat oleh Kereta Api negara (SS) secara gratis ke Bandung, dikawal Batalyon Genie (Balalyon zeni TNI AD). diteruskan dari Bandung ke Lokasi di Baru adjak Lembang.
sumber gb. bosscha.itb.ac.id |
Dan biro bangunan perjalanan Kereta Api (SS) yang di tugaskan untuk membangun beton berkubah dengan innstrumen yang canggih , dan sekaligus memasangkan teleskopnya.
Teleskop Refraktor Bosscha
Teleskop yang dibeli dari perusahaan Jerman ini terdiri dari dua buah refraktor yang masing-masing mempunyai lensa objektif yang berdiamerter 60 cm,satu teleskop yang disebut Fotografis digunakan untuk menyelidiki kesalahan paralaks atas saran Prof kapteijn dari Groningen Belanda dan Teleskop satunya lagi sebagai teleskop visual.
Kedua teleskop ini tergabung dalam satu tabung yang diameter 1,66 meter. Pandangan dari kedua teleskop ini bisa menyapu semua langit utara dan selatan. Teleskop ini adalah telskop tercanggih ke tiga dari jenisnya. Nomor satu ada di Melbourne dengan Panjang lensa 122 cm dan La Plata yang memiliki Panjang lensa 70 cm.
KAR Bosscha, wikipedia |
26 November 1928 , Setelah Teleskop terpasang dan terakit di tempatnya, beberapa bulan kemudian Mr KAR Bosscha meninggal dan dimakamkan di perkebunan teh Malabar sekarang dikelola PTPN VIII di Pangalengan Kabupaten Bandung dan untuk mengenang jasa-jasanya maka Observatorium yang berlokasi di Bandung Utara kota Lembang ini diberi nama Observatorium BOSSCHA.
Masa perang dunia II dan perang Kemerdekaan
Selama Perang dunia ke 2 dan Perang kemerdekaan Bosscha mengalami kerusakan, bahkan direktur Bosscha yang diangkat tahun 1939 A.D.S (putra direktur observatorium Leiden) ditawan tantara Jepang dan tewas di kamp tawanan.
Prof Dr Jan Hendrik Oort ( 28 April 1900 – 5 Novemer 1992) melakukan berbagai upaya agar Observatorium Bosscha bisa beroperasi, diantaranya mengirim seorang staff senior CH Hins untuk memperbaiki kondisi teleskop , kemudian dilanjut oleh Astronom Belanda lainnya GB Van Albada yang menjadi Direktur Oservatorium Bosscha hingga 1960, sehingga observatorium Bosscha bisa beroperasi kembali.
17 Oktober 1951 Observatorium Bosscha diserahkan ke pangkuan Republik Indonesia dan langsung dikelola oleh Fakultas Ilmu Murni Universitas Indonesia, setelah fakultas Teknik UI di Bandung memisahkan diri kemudian tahun 1959 berdiri ITB (Institut Teknolog Bandung), pengelolaannya di bawah Departemen Astronomi ITB.
Dan lahirlah sosok-sosok Astronomi Indonesia dari ITB dan kemudian pengelolaan Obervatorium Bosscha ini di kukuhkan dengan ketetapkan berdasar PP Nomor 155 tahun 2000 , pasal 44 ayat 6 sebagai Perangkat penunjang akademik di ITB berikut ini :
Peraturan pemerintah ini sejalan dengan visi Observatorium Bosscha yang secara aktif berperan dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu Astronomi dan Astrofisika baik teoritis maupun ppengamatan. Juga berperan dan berfungsi sebagai Pusat Penelitian dan Pengembangan Astronomi dan Sain Keantariksaan di Indonesia, melingkupi : struktur alam semestea , struktur galaksi, fisika bintang, bintang ganda, tata surya dan Sain Antariksa.
sumber Observatorium Bosscha
- 1923 – 1940 Dr. Joan Voûte
- 1940 – 1942 Dr. Aernout de Sitter
- 1942 – 1946 Prof. Dr. Masashi Miyaji
- 1946 – 1949 Prof. Dr. J. Hins
- 1949 – 1958 Prof. Dr. Gale Bruno van Albada
- 1958 – 1959 Prof. Dr. O. P. Hok dan Santoso Nitisastro (pejabat sementara)
- 1959 – 1968 Prof. Dr. The Pik Sin
- 1968 – 1999 Prof. Dr. Bambang Hidayat
- 1999 – 2004 Dr. Moedji Raharto
- 2004 – 2006 Dr. Dhani Herdiwijaya
- 2006 – 2010 Dr. Taufiq Hidayat
- 2010 – 2012 Dr. Hakim Luthfi Malasan
- 2012 – 2018 Dr. Mahasena Putra
- 2018 – Sekarang Premana W. Premadi, Ph.D
Penasaran Ke Bosccha ?
Wisata Edukasi yang sayang dilewatkan , berikut jadwal menurut laman observatorium Boscha
sumber gb. bosscha.itb.ac.id |
Pada program kunjungan siang, pengunjung akan dipandu selama 1,5 – 2 jam untuk mengikuti aktivitas berikut.
- Presentasi astronomi populer dari astronom kami di Ruang Multimedia,
- Melihat demonstrasi penggunaan teleskop refraktor ganda Zeiss, dan
- Mengamati Matahari menggunakan teleskop portabel (jika cuaca mendukung).
Program kunjungan siang terbagi ke dalam 2 jenis, dengan jadwal dan peserta yang berbeda.
• Kunjungan siang weekday (Selasa – Jumat) untuk rombongan sekolah/institusi.
- Sesi kunjungan Selasa – Kamis dimulai pada 09:00, 11:00, dan 13:00 WIB.
- Sesi kunjungan Jumat dimulai pada 09:00 dan 13:30 WIB.
- Jumlah peserta tiap sesi minimal 25 orang dan maksimal 200 orang.
• Kunjungan siang weekend (Sabtu) untuk pengunjung keluarga/individu.
- Sesi kunjungan Sabtu dimulai pada 09:30, 10:45, 12:00, dan 13:15 WIB.
- Jumlah peserta tiap sesi maksimal 100 orang.
Kunjungan Malam
Program kunjungan malam dibuka setiap musim kering (umumnya antara April – Oktober) secara terbatas dan berlangsung pada 17:00 – 20:00 WIB, dengan kapasitas maksimum sebanyak 200 orang. Program ini dapat diikuti oleh rombongan sekolah dan keluarga/individu, dengan aktivitas yang ditawarkan sebagai berikut.
- Presentasi astronomi tematik di Ruang Multimedia (dengan materi berbeda setiap minggu),
- Melihat demonstrasi penggunaan teleskop refraktor ganda Zeiss, dan
- Mengamati planet dan bintang menggunakan teleskop Bamberg dan portabel (jika cuaca mendukung).
Namun sebelumnya harus melakukan Reservasi ke
Pendaftaran dan layanan informasi kunjungan publik dapat dilakukan melalui 2 kanal resmi kami:
- 022-2786027 (dilayani pada Senin – Jumat, 09:00 – 16:00 WIB)
- kunjungan[at]as.itb.ac.id : (Ganti ‘[at]’ pada email dengan lambang ‘@’ saat anda menuliskan alamat email)
Biaya Pendaftaran
Biaya pendaftaran kunjungan publik yang ditetapkan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) yakni
- Kunjungan siang: Rp 15.000,00 per orang.
- Kunjungan malam: Rp 20.000,00 per orang.
Segala bentuk transaksi hanya dilakukan secara tunai di loket pendaftaran yang berada di dalam kawasan observatorium. Pembebasan biaya kunjungan dapat diberikan kepada pengunjung yang termasuk ke dalam kategori berikut.
- Pengunjung berusia di bawah 5 tahun,
- Pengunjung berusia di atas 60 tahun (wajib menunjukkan KTP),
- Mahasiswa dan Pegawai ITB (wajib menunjukkan KTM/KIP yang masih berlaku),
- Penduduk Kecamatan Lembang, Kab. Bandung Barat (wajib menunjukkan KTP), atau
- Pendamping rombongan sekolah/universitas (maksimal 10 orang per hari, wajib menunjukkan kartu pengenal guru/dosen resmi).
Selangkapnya silahkan kunjungi laman resmi Observaotium ITB
BPAA Sumedang
Selain Bosscha yang harus masuk kalender destinasi wisata edukasi Astronomi (Bintang dan Matahari serta antariksa lainnya) adalah BPAA Sumedang.
BPAA Sumedang adalah Balai pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang yang beralamat di Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 31, Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Kode Pos 45362.
1.Pelayanan Kunjungan Ilmiah
- Pemohon mengajukan Surat Permohonan kepada Kepala Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang
- Kepala Balai mengkaji permintaan pemohon untuk memutuskan apakah layanan dapat diberikan atau tidak.
- Jika permohonan tidak dapat dipenuhi maka dibuatkan Surat Balasan kepada pemohon yang disertai alasan penolakan melalui Kepala Subbagian Tata Usaha.
- Jika permohonan diterima Kepala Balai menugaskan Tim Layanan untuk memroses permintaan
- Tim Layanan memberikan pelayanan kepada pemohon.
2. Pelayanan Permintaan Data
- Pemohon mengajukan Surat Permohonan kepada Kepala Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang
- Kepala Balai mengkaji permintaan pemohon untuk memutuskan apakah layanan dapat diberikan atau tidak.
- Jika permohonan tidak dapat dipenuhi maka dibuatkan Surat Balasan kepada pemohon yang disertai alasan penolakan melalui Kepala Subbagian Tata Usaha/Sekretaris PPID
- Jika permohonan diterima Kepala Balai menugaskan Tim Layanan untuk memroses permintaan
- Tim Layanan memberikan pelayanan kepada pemohon.
3. Pelayanan Praktik Kerja Lapangan
- Pemohon mengajukan Surat Permohonan kepada Kepala Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang
- Kepala Balai mengkaji permintaan pemohon untuk memutuskan apakah layanan dapat diberikan atau tidak.
- Jika permohonan tidak dapat dipenuhi maka dibuatkan Surat Balasan kepada pemohon yang disertai alasan penolakan melalui Kepala Subbagian Tata Usaha/Sekretaris PPID
- Jika permohonan diterima Kepala Balai menugaskan Tim Layanan untuk memroses permintaan
- Tim Layanan memberikan pelayanan kepada pemohon.
4. Pelayanan Penerbangan dan Antariksa
- Pemohon mengajukan Surat Permohonan kepada Kepala Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang
- Kepala Balai mengkaji permintaan pemohon untuk memutuskan apakah layanan dapat diberikan atau tidak.
- Jika permohonan tidak dapat dipenuhi maka dibuatkan Surat Balasan kepada pemohon yang disertai alasan penolakan melalui Kepala Subbagian Tata Usaha/Sekretaris PPID
- Jika permohonan diterima Kepala Balai menugaskan Tim Layanan untuk memberikan informasi tentang LAPAN
- Tim Layanan memberikan pelayanan kepada pemohon.
Kontak Penyelenggara
Surat : Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang, Jl. Raya Bandung Sumedang, KM 31, Sumedang, 45362, Jawa Barat
Faksimile : (022) 7911 261
Email : lapan.sumedang@lapan.go.id
Posting Komentar untuk "Mengenal Observatorium Bosscha "
Jangan lupa tinggalkan komentar sebagai alat silaturahmi dan jika bermanfaat bisa saudara share, komentar yang memasukan link judi dan hal lainnya yang tidak sesuai norma, akan langsung saya hapus. Terimakasih, Sukses Selalu