Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Self Regulation dan Kemandirian Belajar

Self Regulation dan Kemandirian Belajar Siswa ; Tulisan ini adalah pencarian dan upaya saya sebagai orang tua sekaligus guru dalam mendorong anak dan siswa untuk bisa mandiri belajar didasari motivasi intrinsik yang kuat dalam meraih target dan cita-citanya. bismillah

Orang yang hebat adalah mereka yang mampu mendorong dirinya sendiri tanpa harus diminta atau dipaksa orang lain. dengan berbuat baik menjadikan hidupnya mandiri dan kuat."

Self Regulation dan Kemandirian Belajar

Kita semua sebagai orang tua /pendidik sudah mafhum bahwa tantangan abad 21 dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat saat ini, membuat dunia ini tidak ada batasnya lagi, generasi sekarang tidak bisa lagi mengatakan bahwa tanah air ini adalah miliknya karena bisa saja nun jauh diluar sana justru menguasai lapangan pekerjaan anak bangsa sendiri.

Teknologi ICT dan segala kehidupan berbasis IOT, menyebabkan sekat sekat kewilayahan menjadi hilang, informasi yang bisa diakses dengan  instan dan cepat, komunikasi  antar personal maupun komunitas begitu mudah,dimanasaja dan kapan saja, sehingga segala sesuatu bisa diselesaikan tanpa perlu bertatap muka dan bertemu fisik dengan terbang antar benua, atau menyebrangi lautan,  sekarang itu semua bisa diselesaikan dan dikerjakan dengan supercepat dan murah.  Cara pandang tentang pendidikan, ekonomi, industri,dan lingkungan akan berubah, persaingan antar bangsa akan semakin ketat dan terbuka. Bangsa-bangsa yang tertinggal dengan sumber daya yang lemah akan kalah bersaing dan hanya sebatas obyek dan target pasar negara-negara maju.
  Sebelum terjadi Pandemi, dalam kondisi normal saja tingkat PISA  2018 Indonesia berada di peringkat terbawah, jauh dari nilai rata-rata PISA, belum tekanan Pandemi Covid -19 diprediksi dan dikhawatirkan terjadi learning loss pada generasi saat ini,plus berbagai kendala dan dinamika yang terjadi dalam pembelajaran jarak jauh, mulai dari kegagapan insan pendidikan pada perubahan dan penggunakan ICT.  Belum lagi situasi ekonomi orang tua yang masih banyak menengah kebawah plus tekanan covid-19 menyebabkan semakin lebarnya angka kemiskinan sehingga tidak siap dengan berbagai kebutuhan teknologi dalam memfasilitasi PJJ, ditambah tingkat literasi membaca dan  tingkat kemandirian anak dalam belajar yang masih rendah, akibatnya para orang tua berteriak karena mereka harus membantu dan mengawasi putra putrinya menjawab dan menyelesaikan tugas dari sekolahnya.  Melihat berbagi kendala diatas, tidak ada jalan lain dalam mempersiapkannya ada dalam dunia pendidikan itu sendiri, yaitu  bagaimana bisa membantu anak-anak/siswa-siswi kita memiliki kemampuan dan kemandirian belajar, sehingga menjadi pemain dan mampu terlibat serta menjadi pemenang dalam persaingan global, salah satunya dengan menumbuhkan self regulation pada anak-anak dan siswa kita.
Siswa SMPN 4 Sumedang
sedang mengerjakan Proyek PLTMH

Teknologi ICT dan segala kehidupan berbasis IOT, menyebabkan sekat sekat kewilayahan menjadi hilang, informasi yang bisa diakses dengan  instan dan cepat, komunikasi  antar personal maupun komunitas begitu mudah,dimanasaja dan kapan saja, sehingga segala sesuatu bisa diselesaikan tanpa perlu bertatap muka dan bertemu fisik dengan terbang antar benua, atau menyebrangi lautan,  sekarang itu semua bisa diselesaikan dan dikerjakan dengan supercepat dan murah.

Cara pandang tentang pendidikan, ekonomi, industri,dan lingkungan akan berubah, persaingan antar bangsa akan semakin ketat dan terbuka. Bangsa-bangsa yang tertinggal dengan sumber daya yang lemah akan kalah bersaing dan hanya sebatas obyek dan target pasar negara-negara maju.

Kondisi Pendidikan kita saat ini

Sebelum terjadi Pandemi, dalam kondisi normal saja tingkat PISA  2018 Indonesia berada di peringkat terbawah, jauh dari nilai rata-rata PISA, belum tekanan Pandemi Covid -19 diprediksi dan dikhawatirkan terjadi learning loss pada generasi saat ini,plus berbagai kendala dan dinamika yang terjadi dalam pembelajaran jarak jauh, mulai dari kegagapan insan pendidikan pada perubahan dan penggunakan ICT.

Belum lagi situasi ekonomi orang tua yang masih banyak menengah kebawah plus tekanan covid-19 menyebabkan semakin lebarnya angka kemiskinan sehingga tidak siap dengan berbagai kebutuhan teknologi dalam memfasilitasi PJJ, ditambah tingkat literasi membaca dan  tingkat kemandirian anak dalam belajar yang masih rendah, akibatnya para orang tua berteriak karena mereka harus membantu dan mengawasi putra putrinya menjawab dan menyelesaikan tugas dari sekolahnya.

Melihat berbagai kendala diatas, tidak ada jalan lain dalam mempersiapkannya ada dalam dunia pendidikan itu sendiri, yaitu  bagaimana bisa membantu anak-anak/siswa-siswi kita memiliki kemampuan dan kemandirian belajar, sehingga menjadi pemain dan mampu terlibat serta menjadi pemenang dalam persaingan global, salah satunya dengan menumbuhkan self regulation pada anak-anak dan siswa kita.

Teknologi ICT dan segala kehidupan berbasis IOT, menyebabkan sekat sekat kewilayahan menjadi hilang, informasi yang bisa diakses dengan  instan dan cepat, komunikasi  antar personal maupun komunitas begitu mudah,dimanasaja dan kapan saja, sehingga segala sesuatu bisa diselesaikan tanpa perlu bertatap muka dan bertemu fisik dengan terbang antar benua, atau menyebrangi lautan,  sekarang itu semua bisa diselesaikan dan dikerjakan dengan supercepat dan murah. Cara pandang tentang pendidikan, ekonomi, industri,dan lingkungan akan berubah, persaingan antar bangsa akan semakin ketat dan terbuka. Bangsa-bangsa yang tertinggal dengan sumber daya yang lemah akan kalah bersaing dan hanya sebatas obyek dan target pasar negara-negara maju.  Sebelum terjadi Pandemi, dalam kondisi normal saja tingkat PISA  2018 Indonesia berada di peringkat terbawah, jauh dari nilai rata-rata PISA, belum tekanan Pandemi Covid -19 diprediksi dan dikhawatirkan terjadi learning loss pada generasi saat ini,plus berbagai kendala dan dinamika yang terjadi dalam pembelajaran jarak jauh, mulai dari kegagapan insan pendidikan pada perubahan dan penggunakan ICT.  Belum lagi situasi ekonomi orang tua yang masih banyak menengah kebawah plus tekanan covid-19 menyebabkan semakin lebarnya angka kemiskinan sehingga tidak siap dengan berbagai kebutuhan teknologi dalam memfasilitasi PJJ, ditambah tingkat literasi membaca dan  tingkat kemandirian anak dalam belajar yang masih rendah, akibatnya para orang tua berteriak karena mereka harus membantu dan mengawasi putra putrinya menjawab dan menyelesaikan tugas dari sekolahnya.  Melihat berbagi kendala diatas, tidak ada jalan lain dalam mempersiapkannya ada dalam dunia pendidikan itu sendiri, yaitu  bagaimana bisa membantu anak-anak/siswa-siswi kita memiliki kemampuan dan kemandirian belajar, sehingga menjadi pemain dan mampu terlibat serta menjadi pemenang dalam persaingan global, salah satunya dengan menumbuhkan self regulation pada anak-anak dan siswa kita.
Dok.www.gurusumedang.com / Siswa sedang Belajar

Kenapa harus Self Regulation ?

Saat yang lalu, pada umumnya guru adalah sumber utama  (teacher center) dari semua pengetahuan siswa, dan  siswa menjadi obyek yang hanya mengikuti bagaimana belajarnya, apa tujuan belajarnya atau mengapa harus belajar.

Pembelajaran sekarang harus bergeser dimana siswa didorong untuk mengejar pembelajaran di bidang yang mereka minati. Mereka diberdayakan melalui tool teknologi informasi untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang muncul di sepanjang perjalanan belajar mereka. Dengan pengelolaan diri (self regulation) siswa akan maksimal dalam  memberdayakan sumberdaya yang dimilikinya.

Self-regulated learning adalah proses aktif siswa untuk memperoleh kemampuan akademis, dengan menetapkan tujuan belajarnya, mengatur cara dan jadwal (timeline) belajarnya sendiri,  mencari serta mengumpulkan informasi yang dibutuhkannya dengan mandiri, sehingga mengarahkannya pada kemandirian belajar.

Self regulated learning mulai dikembangkan dari teori kognitif sosial Bandura (1986) yang menyatakan bahwa manusia merupakan hasil struktur kausal yang interdependen dari aspek pribadi (person), perilaku (behavior), dan lingkungan (environment

Dalam pendekatan ini regulasi diri sangat  berperan penting. Ketika siswa menyadari suatu kesalahan, kegagalan terjadi  akibat dari faktor pribadi diri sendiri, dari lingkungan atau karena perilkunya,  maka siswa menyadari bahwa sesuatu tersebut harus diubah dan diarahkan agar berrjalan baik

Karena Self Regulation lahir dari Internal diri, maka dirinyalah yang menyetir dan mengendalikan sumber daya yang dimilikinya serta mencari solusi atas apa yang dihadapi dan dimilikinya guna meraih target dan cita-citanya. 

Justru tidak sedikit keterbatasan yang dimiliki seorang siswa / anak jika sudah memiliki self regulation yang kuat menjadi kekuatan dahsyat dalam meraih cita-citanya.

Mengembangkan Kemandirian belajar dengan Self Regulation

Zimnerman (1990) mengemukakan terdapat 3 faktor penting yang paling mempengaruhi  seseorang, sehingga melakukan Self Regulation yaitu : 

  1. Faktor individu yang meliputi kreativitas dengan pengetahuan tentang  kognisi yang terdiri dari declarative knowledge, prosedural knowledge,  condition knowledge yang digunakan siswa dalam belajarnya, mengingat,  mengerti materi-materi pelajaran.
  2. Faktor lingkungan baik lingkungan rumah maupun sekolah yang meliputi motivasi berprestasi
  3. Faktor prilaku meliputi kemampuan metakognitif untuk membuat  perencanaan, monitoring dan modifikasi cara berfikir. 

Aspek – aspek Self Regulation yang bisa dikembangkan dan ditumbuhkan untuk dimiliki oleh siswa menurut Omrod (2009), yaitu : 

  1. Standar dan tujuan yang ditentukan sendiri, dorong anak/siswa untuk memiliki  tolak ukur tertentu dalam setiap perilakunya.Siswa yang memiliki  pengaturan diri yang baik memiliki kriteria tertentu untuk mencapai suatu  tujuan yang diinginkan. 
  2. Pengaturan Emosi, melatih anak/siswa untuk bisa menyalurkan emosi dan energinya sebab umumnya remaja kesulitan mengatur tingkat kadar emosi sendiri. kesulitan mengungkapkan perasaan mereka pada situasi yang tepat, kadang bisa sangat senang dilain waktu bisa sangat sedih dan anak/siswa yang memiliki Self Regulation yang baik, mampu mengekspresikan ungkapan perasaan mereka pada disituasi yang  tepat.
  3. Melakukan Intsruksi diri, yaitu perintah dan arahan untuk  diri sendiri agar dapat melakukan perilaku yang diharapkan. hal ini sangat penting bagi perkembangan remaja, dengan  adanya intruksi diri  maka setiap prilaku yang dimunculkan akan mengingatkan diri sendiri  untuk prilaku yang tepat sehingga bermanfaat dalam situasi sulit atau ketika motivasinya turun dan ada sesuatu hal yang bisa memalingkan, Dia bisa membelokkannya kembali kejalur yang sesuai sesuai target dan arahannya sendiri.
  4. Melakukan monitoring diri (observasi diri) Remaja sering kali tidak  menyadari perilaku yang sedang dilakukan itu efektif atau sebaliknya, sehingga observasi diri menjadi penting dalam merefleksi apakah yang dilakukan itu memberikan efek yang baik pada dirinya atau tidak. akhirnya mampu memfilter secara mandiri apa yang harus dilkakukan dan apa yang harus di tinggalkan
Menurut Pink,Daniel H (2021) terdapat tiga faktor utama dalam membentuk motivasi dalam aktivitas Anda, yaitu Penguasaan, Kemandirian, dan Tujuan.  Dan Siswa /Anak yang mandiri dalam belajarnya  memiliki ketiga komponen tersebut saat mereka mencari jawaban atas pertanyaan mereka dan menguasai materi terkait. 

Dengan perkembangan teknologi Informasi, Google sebagai salah satu perusahaan pengembang jasa dan teknologi informasi terdepan menyebutkan siswa yang memiliki kemandirian belajar dengan istilah "Ask 3 before me" tanyakan kepada yang tiga sebelum aku (guru) :
  1. Mencari sumber belajar secara mandiri dengan menggunakan Youtube, banyak para ahli, profesional, institusi-intitusi dan perguruan tinggi yang berbagi keahliannya dengan dunia dan menanggapi berbagai komentar di video-video mereka.
  2. mencari materi dan kata-kata penting dengan search engine google atau google scolar dari para ilmuan diseluruh dunia
  3. bergabung pada forum forum ilmiah ; siswa tahu kapan mereka telah mencapai titik dalam pembelajaran mereka di mana mereka perlu terhubung dengan orang lain untuk mendukung pemahaman mereka, dengan menggunakan forum-forum ilmiah untuk bertanya dengan memposting pertanyaan di forum online dan menerima banyak tanggapan dalam beberapa menit dan jam kemudian
  4. baru bertanya dan berdiskusi dengan gurunya. Guru dengan apapun (teknologi) tidak bisa tergantikan, ia memiliki hati, wawasan,teladan dan inspirasi. Dengan langkah 1-3 siswa / anak kita terintegrasi dengan teknologi ke dalam pengalaman belajar mereka boleh jadi pengetahuan dan wawasannya menjadi luas dan cerdas namun seorang peserta didik adalah manusia yang bukan hanya sebatas akal dan jasmani saja namun ia memiliki potensi rohaniah dan guru hadir memfasilitasi, memotivasi, memberikan pandangan dengan wawasannya dan pengalamannya serta pendampingan dan mendorong serta memberdayakan potensi dan bakat siswa serta kehidupannya 

Hubungan Self Regulation dengan Prestasi Belajar

Penerapan self regulated learning oleh siswa baik dalam pembelajaran di kelas maupun belajar di rumah, dapat memberikan dampak pada hasil prestasi akademik siswa.

Terdapat korelasi positif yang signifikan antara prestasi akademik dengan self regulation dalam belajar (Zimmerman dan Martinez-Pons,1986)

Siswa yang mampu mengatur dirinya memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar, kepercayaan yang tinggi dan lebih optimis sehingga mampu berprestasi baik, dan siswa yang mampu memonitor dirinya, mengevaluasi kemajuan dirinya secara sistematis memiliki prestasi lebih baik dibanding siswa lainnya (Santrock,2007 dalam )

Peran Orang tua dalam Self Regulation 

Peran Orang tua mengajarkan dan mendorong serta mendukung self regulated learning menurut Martines Pons (2002) melalui :

  • modelling/ memberikan contoh yang baik
  • memberikan dorongan dan memfasilitasi, 
  • Reward goal setting, 
  • penggunaan strategi yang baik 
  • proses-proses lainnya
Siswa yang memiliki Self Regulation terlihat dari aktivitasnya yang berdampak pada kemandirian belajar seperti :
  • Memiliki jadwal belajar dan bisa mengalokasikan waktunya secara efektif 
  • memiliki target belajar dan memiliki cita-cita yang dikejarnya
  • mampu dan bisa mencari informasi yang dibutuhkannya secara mandiri
  • mampu menggunakan strategi belajar yang cocok dengan dirinya
  • mampu mengevaluasi diri

Penutup

Bangsa mandiri adalah bangsa yang memiliki sumber daya manusianya yang produktif secara mandiri dan mampu bersaing global,serta memiliki karakter yang baik dan kuat sebagaimana profil pelajar Pancasila dalam visi pendidikan Indonesia, dengan pendidikan yang terintegrasi dan holistik yang menyasar semua potensi peserta didik baik akal, jasmani dan rohani. 

Bergerak dengan Hati Majukan Pendidikan Indonesia

Referensi :
  • Dinata,Priariadi Cahya et.al.2016 "Self Regulated learning sebagai strategi membangun kemandirian peserta didik dalam menjawab tantangan abad 21". pada SNPS, Universitas Negri Yogyakarta.2016
  • Google Advance training ;Create Independent Learners by Google For Education
ADH
ADH "Hebatnya seorang guru karena mendidik, dan rekreasi paling indah adalah mengajar" (KH Maimoen Zubair)

Posting Komentar untuk "Self Regulation dan Kemandirian Belajar"

Guru Sumedang (GS) adalah praktisi Pendidikan yang berkomitmen untuk kemajuan dunia pendidikan. Artikel,Video dan atau Gambar di situs www.gurusumedang.com kadang bersumber dari media lainnya,GS akan berupaya menuliskan sumbernya, dan HAK CIPTA sepenuhnya dipegang media tersebut.