Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sintaks Model Pembelajaran Teaching Factory

Sintaks Model PembelajaranTeaching Factory di SMK | Menurut UU Nomor 20 tahun 2013 pasal 15 tentang Pendidikan kejuruan atau SMK merupakan pendidikan tingkat menengah yang memiliki tujuan mempersiapkan siswa untuk siap bekerja sesuai bidang tertentu. 

Model Pembelajaran Teaching Factory menjadi pilihan tepat untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan sekolah menengah yang memprioritaskan siswa mengembangkan  profesionalisme dan menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan terampil untuk memasuki DUDI dan Dunia kerja.

Teaching Factory

Saat ini, angkatan kerja semakin bertambah  dan padat,  namun kesempatan kerjanya yang justru semakin sempit dan tidak memadai, sehingga inovasi baru dan kreatifitas dalam industri perlu terus dikembangkan. 

Sejatinya misi SMK  adalah alat dalam menekan angka pengangguran karena membekali siswa dengan keterampilan, mengedepankan pengembangan potensi diri, dan mendidik siswa agar siap bekerja, mandiri, berdaya saing, serta dapat menggunakan kemampuannya di bidang kewirausahaan. 

Maka dari itu, jiwa dan karakter kewirausahaan, kini menjadi hal yang penting dan perlu ditumbuhkan pada diri siswa, salah satunya melalui model pembelajaran teaching factory.

Kuswantoro (2012) menyatakan bahwa  Pembelajaran model Teaching Factory merupakan konsep pembelajaran yang dapat menjembatani kesenjangan antara pengetahuan yang diberikan sekolah dengan kebutuhanan industri.

Teaching Factory disingkat Tefa adalah  model pembelajaran yang memanfaatkan struktur dasar sekolah untuk menciptakan suasana industrial di sekolah guna meningkatkan kemampuan mata pelajaran produktif bagi siswa. 

Melalui teaching factory peserta didik disekolah menghadapi pekerjaan yang sebenarnya berdasarkan kemampuan yang harus dimiliki, mereka mendapatkan pengalaman langsung berupa suasana lingkungan industri. 

Teaching factory adalah model pembelajaran yang menjadikan sekolah sebagai tempat sarana produksi  (pabrik dalam sekolah) yang dioperasikan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya untuk menghasilkan produk sesuai dengan kondisi nyata didunia kerja (meliputi dunia usaha, duni industri, BUMN/BUMD, instansi pemerintah atau lembaga lainnya) dan tidak berorientasi mencari keuntungan.

Model Pembelajaran Berbasis Produksi (Teaching factory/TeFa)

Kepala SMKN 1 Sumedang, Dra. Elis Herawati,M.Pd menunjukkan hasil teaching factory 
"Siswa membuat produk inovasi lampu LED yang dapat menghemat energi
sampai 90% dan dijual dengan harga bersaing di pasaran"

Menurut Dadang (2012) Model pembelajaran Teaching Factory merupakan kombinasi dari pembelajaran yang telah ada selama ini, yaitu pelatihan berbasis kompetensi (CBT) dan pembelajaran berbasis produksi guna menciptakan  barang / jasa yang dibutuhkan oleh pasar maupun industri. 

Grand Design Teaching Factory ,SMK menyatakan bahwa Teaching factory adalah suatu konsep pembelajaran di SMK berbasis produksi (barang/jasa) yang mengacu kepada standar dan prosedur yang berlaku didunia usaha, dunia industri dan dunia kerja serta dilaksanakan dalam suasasna seperti dilingkungan dunia usaha, dunia industri dan dunia kerja, yang dalam pelaksanaannya menuntut kemitraan dengan pihak dunia usaha, dunia industri dan dunia kerja serta dukungan pemerintah daserah, orang tua murid, masyarakat serta pihak-pihak terkait lainnya.

Model pembelajaran berbasis produksi model teaching factory disekolah, diharapkan :

  • Terbentuk ekosistem dan atmosfir sekolah seperti keadaan didunia usaha, dunia industri dan dunia kerja. 
  • Sekolah disibukkan dengan kegiatan peserta didik yang melakukan proses produksi baik membuat barang dan layanan jasa terhadap masyarakat (konsumen)
  • Ekosistem sekolah menjadi berkembang semakin besar seiring dengan banyaknya aktivitas dan interaksi didalamnya.
  • Sekolah berubah bukan hanya sebagai lembaga/institusi pendidikan tetapi juga menjadi institusi yang menangani layanan masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan produk teaching factory (TeFa).
  • Lahirnya lulusan yang memiliki karakter kewirausahaan (enterpreneurship
  • Meningkatnya hubungan antara SMK dengan DUDI dalam pola pembelajaran teaching factory sehingga terus terjaga keselarasan antara SMK dan kebutuhan pasar kerja

Pola pembelajaran teaching factory  dirancang berbasis produksi barang/jasa dengan mengadopsi dan mengadaptasi standar mutu dan prosedur kerja industri, sehingga dapat memberikan pengalaman pembelajaran kompetensi tambahan terutama soft skill seperti etos kerja, disiplin, jujur, bertanggungjawab, kreatif-inovatif, karakter kewirausahaan, bekerjasama, berkompetensi secara cerdas dll.

Indikator Keberhasilan Teaching Factory

  • Sekolah dapat mengembangkan proses pembelajaran yang berkualitas bagi peserta didik dan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha, dunia industri dan dunia kerja
  • Meningkatnya kemitraan SMK dengan DUDI dan Dunia Kerja
  • Peserta didik memiliki softskill yang sesuai standar DUDI dan Dunia kerja

Tahapan dalam PenerapanTeaching Factory

Suhartini, dkk (2020) menyebutkan ada beberapa tahapan dalam penerapan model pembelajaran teaching factory, antara lain :

  1. Tahap  pertama adalah sinkronisasi kurikulum. Kompetensi dasar atau kurikulum yang digunakan di suatu sekolah disamakan dengan kemampuan bekerja di industri. Industri mengarahkan dan menentukan kompetensi pada kurikulum. Selanjutnya bahan ajar dikembangkan dalam bentuk modul yang setara dengan modul industri. Proses pembelajaran mengikuti prosedur kerja di industri. 
  2. Tahap kedua adalah sinkronisasi sarana dan prasarana pembelajaran. Laboratorium bengkel disesuaikan dengan kondisi industri yaitu tata letak dan alur kerja yang dilengkapi dengan beberapa tingkat kompetensi. 
  3. Tahap ketiga adalah rencana produksi. Produk merupakan bagian dari kompetensi di dalam kurikulum. Produk sesuai dengan produk industri. 
  4. Tahap keempat adalah tahapan melakukan proses produksi. Siswa mengerjakan produk menurut alur kerja industri. Guru dan mitra industri membantu siswa. 
  5. Tahap  kelima adalah evaluasi produk, yang dilakukan oleh guru dan mitra industri yang bertugas membantu siswa. Dari hasil produk didapat kelebihan dan kekurangan siswa dalam mengerjakan produk. 
  6. Tahap keenam industry mitra memberikan pelatihan untuk pekerjaan yang belum dipahami oleh siswa. Pelatihan dilakukan di sekolah atau di industri. Ini Pembelajaran dilakukan di sekolah dengan replika industri mitra. 

Sintaks Model Pembelajaran Teaching Factory

Oemar Hamalik (2011: 33) menguraikan sintaks pembelajaran teaching factory sebagai berikut: 

  1. Langkah menerima pemesan. 
  2. Langkah mengidentifikasi pesanan, 
  3. Langkah Menyatakan Kesanggupan Mengerjakan pesanan, 
  4. Langkah mengerjakan pesanan, 
  5. Langkah melakukan pengecekan mutu, 
  6. Langkah menyerahkan pesanan. 
Keenam langkah sintaks model pembelajaran teaching Factory tersebut mampu menumbuhkan jiwa dan karakter kewirausahaan peserta didik. 

Hal ini diaminkan langsung oleh kepala SMKN 1 Sumedang Dra. Elis Herawati,M.Pd  Sumedang, yang akan memaksimalkan teaching factory di semua kompetensi keahlian. Guna menghantarkan siswa yang tumbuh dan berkembang dalam wirausaha, ia dan jajaran guru mengajarkan ilmu kewirausahaan dari tahap dasar, mulai dari konsep, produksi, pemasaran hingga penjualan.
"Untuk menjadi bos kan harus tahu dari hulu ke hilir tentang usaha yang mau dibangun. Nah, kita kenalkan semuanya di sini,” pungkasnya"
Pengalaman serta keterampilan siswa dalam praktik kerja mandiri mulai dari penerimaan hingga penyerahan barang pesanan memungkinkan siswa untuk memiliki kepercayaan diri, berani mengambil risiko dilingkungan kerja, menumbuhkan jiwa kepemimpinan, berorientasi padai tugas serta memuaskani pelanggan, menumbuhkan kejujuran dan pekerja keras, juga mampu berorientasi pada keberhasilan di masa mendatang.

Sebagaimana dikemukakan oleh  inur Rosyida dan Dra. Ratna Suhartini, M.Si (2021) dalam penelitiannya dengan judul "Efektifitas model pembelajaran teaching factory dalam meningkatkan karakteristik wirausaha siswa SMK" , efektiv terhadap peningkatan karakter wirausaha siswa SMK, meliputi motivasi berprestasi, orientasi ke depan, kepemimpinan dalam berwirausaha, jaringan usaha, serta memiliki sikap responsif dan juga kreatif serta inovatif dalam menghadapi perubahan .

Demikian Sintaks model pembelajaran teaching factory di Sekolah Menengah Kejuruan, semoga bermanfaat.
ADH
ADH "Hebatnya seorang guru karena mendidik, dan rekreasi paling indah adalah mengajar" (KH Maimoen Zubair)

Posting Komentar untuk "Sintaks Model Pembelajaran Teaching Factory"

Guru Sumedang (GS) adalah praktisi Pendidikan yang berkomitmen untuk kemajuan dunia pendidikan. Artikel,Video dan atau Gambar di situs www.gurusumedang.com kadang bersumber dari media lainnya,GS akan berupaya menuliskan sumbernya, dan HAK CIPTA sepenuhnya dipegang media tersebut.