Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Merdeka Belajar | Filosofi Ki Hajar Dewantara

Merdeka belajar | Filosofi Ki Hajar Dewantara tentang kemerdekaan sebagaimana disampaikannya Mardiika iku jawarnya, nora mung lepasing pangreh; nging uga kuwat kuwasa amandiri pringga, bahwa Merdeka itu tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap kuat memerintah diri sendiri.

Berikut ini saya sadur hakekat merdeka  belajar yang di paparkan dalam program merdeka belajar kemdikbud :

Merdeka Belajar | Filosofi Ki Hajar Dewantara

Kalau kita tarik filosofi diatas kedalam, kemerdekaan dalam pendidikan berarti :

  1. tidak hidup terperintah; berarti seseorang bisa menentukan sendiri arah tujuannya dan memerintah diri sendiri
  2. berdiri tegak karena kekuatan sendiri; hal ini menekankan pada kemandirian seseorang, mencapai tujuan dengan daya upaya sendiri.
  3. cakap mengatur hidupnya dengan tertib.poin ini menekankan pada keterampilan mengatur hidup secara tertib dan disiplin

Ki Hajar Dewantara menguraikan tujuan pendidikan dalam bukunya Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka seri Pendidikan, beliau menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, namun faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak sangat dahsyat.

Kihajar Dewantara menganalogikan Pendidik sebagai Petani :

Seorang petani yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia  dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi  pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu  hidup tanaman padi dan lain sebagainya.  Meskipun pertumbuhan  tanaman pada dapat diperbaiki, tetapi ia tidak dapat mengganti kodrat iradatnya padi. Misalnya ia tak akan dapat menjadikan padi yang  ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung. Selain itu, ia juga tidak dapat  memelihara tanaman padi tersebut seperti hanya cara memelihara  tanaman kedelai atau tanaman lainnya. Memang benar, ia dapat  memperbaiki keadaan padi yang ditanam, bahkan ia dapat juga  menghasilkan tanaman padi itu lebih besar daripada tanaman yang tidak  dipelihara, tetapi mengganti kodrat padi itu tetap mustahil. 

dalam teori pendidikan terdapat tiga aliran yang berhubungan dengan daya pendidikan yaitu :

  1. anak lahir diumpamakan kertas kosong ; menurut aliran ini pendidik menjadi penguasa tunggal ia boleh mengisi kertas kosong tersebut dengan sekehendaknya, si pendidik berkuasa penuh dalam membentuk watak  (budi) yang diinginkannya.
  2. aliran negative ; anak lahir sebagai kertas yang sudah diisi penuh, sehingga menganggap pendidik tidak bisa mengubah karakter anak, pendidik hanya dapat mengawasi dan melindungi anak terhindar dari penggaruh-negatif dari luar.
  3. aliran Convergentie-theorie; anak dilahirkan bagaikan kertas yang telah diisi penuh namun tulisan itu masih buram. menurut aliran ini pendidiklah yang menebalkan tulisan tulisan baik nya agar nampak dan wujud menjadi budipekerti yang baik, dan segala tulisan buram yang jelek (jahat) dibiarkan agar tidak nampak/muncul )

Seperti teori convergentie-theorie, pendidikan hanyalah "tuntunan" didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Hidup tumbuhnya anak itu diluar kecakapan dan kehendak kita sebagai pendidik. 

Anak adalah mahluk hidup istimewa nan unik tiap dirinya, dimana mereka akan tumbuh sesuai fitrahnya (kodratnya). Peran pendidik hanya dapat menuntun dan memberinya petunjuk agar dapat memperbaiki lakunya (bukan fitrahnya/dasarnya) hidup dan tumbuhnya anak-anak

Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan/petunjuk dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Ing ngarso Sun Tulada, Ing Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani

Saya teringat sampai sekarang  dengan apa yang disampaikan Rio Suzuki Ekpert dari JICA ketika tahun 2012 mentraining fasilitator Lesson Studi  di Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat mengatakan :

"kebanyakan di Indonesia siswa itu ikut belajar  mengapa karena tidak dilibatkan atau terlibat dalam proses pembelajaran, siswa tidak tahu apa tujuan yang harus dilakukan, siswa hanya mengikuti saja arahan guru, siswa tidak tahu konsep yang dipelajari ke mana arah ujungnya dari pembelajaran yang sedang berlangsung. seharusnya suatu pembelajaran  yang baik manakala  siswa itu memiliki dan  merasa mempunyai permasalahan, sehingga ingin memecahkan masalahnya dalam rentang waktu tertentu sampai menemukan  solusi. Akibatnya anak memiliki garapan yang harus diselesaikan, dan akhirnya siswa membuat strateginya sendiri dalam memecahkan masalah nya."

menyimak apa yang disampaikan Rio Suzuki, pembelajaran demikian masuk ke level Heutagogy dimana pembelajar menentukan (determine)  sendiri belajarnya (Stewart Hase & Chris Kenyon, 2007), lebih lanjut apa itu Heutagogy bisa anda simak pada tulisan lainnya tentang : Antara pedagogi, Andragogi dan Heutagogi

Kita kembali ke Filosofi Ki Hajar Dewantara ....

Inilah yang diharapkan Ki Hajar Dewantara  dan Merdeka Belajar atau juga Kurikulum diversifikasi suatu proses pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar  siswa dan metode yang dipilih siswa (student center)  berupa pembelajaran berdiferensiasi dan peran guru sebagai pamong yang mendampingi dan mengarahkan, mengklarifikasi dan  memberikan penguatan. 

Bagaimana anak bisa mandiri belajar? Schunk (1996) menjelaskan apa yang dimaksud Self regulated learning, bahwa self regulated learning mengarah pada kemampuan kita dan mengatur lingkungan belajar kita. Sehingga kita bisa mengatur tujuan, menetapkan strategi dan memantau perkembangan sesuai dengan tujuan kita sendiri.

Lebih lanjut Zimmerman (2000) menjelaskan salah satu komponen yang bisa menumbuhkan self regulated learning adalah efikasi diri dan motivasi intrinsik (dalam diri). 

Seseorang bisa menunjukkan secara percaya diri hasil belajar berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan yang didorong oleh motivasi dari dalam diri sehingga merasakan kepuasan dalam pencapaian

Dengan menetapkan tujuan maka seseorang bisa mengukur kemampuan diri berdasarkan nilai diri dan kemampuan berpikir. 

Ada tiga komponen penting yang perlu dilakukan guru dikelas  dalam memerdekakan belajar yaitu 

  1. melibatkan murid dalam menentukan tujuan,
  2. memberikan pilihan cara dan 
  3. mengajak murid untuk melakukan refleksi.

Bagaimana peran guru memerdekan belajar, kita lanjutkan di Konsep Guru Merdeka Belajar Kemdikbud

Merdeka Belajar |Filosofi Ki Hajar Dewantara selengkapnya

ADH
ADH "Hebatnya seorang guru karena mendidik, dan rekreasi paling indah adalah mengajar" (KH Maimoen Zubair)

Posting Komentar untuk "Merdeka Belajar | Filosofi Ki Hajar Dewantara"

Guru Sumedang (GS) adalah praktisi Pendidikan yang berkomitmen untuk kemajuan dunia pendidikan. Artikel,Video dan atau Gambar di situs www.gurusumedang.com kadang bersumber dari media lainnya,GS akan berupaya menuliskan sumbernya, dan HAK CIPTA sepenuhnya dipegang media tersebut.