ChatGPT Menggeser Peran Guru ?
Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di jamanmu (Ali Bin Abi Tholib r.a)
Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan penggunaan teknologi wireless dan big data secara masif hal ini bisa dilihat dari penggunaan media digital, komputerisasi, analisa big data dan Artificial intelligence (AI) dalam segenap sendi kehidupan.
Perkembangan teknologi digital ini menjadi jembatan yang mendorong terbentuknya masyarakat digital (digital citizenship) yaitu terkoneksinya masyarakat dunia satu sama lain, tanpa adanya kendala ruang, waktu dan tempat. Informasi yang mengalir dari satu warga dunia ke warga dunia lainnya sangat berkelimpahan, cepat dan masif serta bersifat muldimedia.
ChatGPT Menggeser Peran Guru ?
Salah satu aplikasi yang lagi trend dan viral serta ramai digunakan masyarakat dunia dan terkhusus yang kita bicarakan disini adalah para siswa yang berbasis Big data dan Artificial intelligence (AI) saat ini adalah ChatGPT.
Penggunaan ChatGPT , menjadi salah satu tool teknologi yang mewarnai dan sepertinya tidak bisa dihindari dari dunia pendidikan saat ini. Walau kehadiran Chat GPT ini menimbulkan kekhawatiran dapat menggeser peran guru dalam pembelajaran.
Ketika penulis berdialaog dengan seorang siswa SMK di Kota Sumedang:
Siswa : Tahu
Penulis : Apakah kamu sering menggunakan ChatGPT ?
Siswa : Sering juga
Penulis : memakai ChatGPT ketika apa / untuk apa ?
Siswa : jika ada tugas dari guru atau soal, langsung saja pakai chatGPT, sekarang mah tidak susah langsung ada jawabannya, atau kadang kalau membuat tugas makalah jadi mudah, jadi walau tidak ada guru bisalah mengerjakan.
Dalam chatGPT terdapat Chatbot yang dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan, seperti seorang guru yang memberikan jawaban atas pertanyaan siswanya.
Sebelum ChatGPT viral, Google sendiri mengkampayekan "ask Three before me" yaitu tanya google, tanya youtube dan komunitas para ahli di seluruh dunia, melalui jaringan IOT sekarang ini peserta didik didorong untuk belajar mandiri.
Ask three before me dimaksudkan, sebelum ke guru peserta didik diupayakan untuk secara mandiri langsung berkolaborasi, berkomunikasi, berbagi kreatifitas, dan berpikir kritis serta menemukan solusi dengan penduduk dunia sebagai langkah keterampilan abad 21 yaitu Kompetensi 4C (Critical Thinking, Creative Thinking, Collaboration, and Communication), silahkan cek tulisan gurusumedang sebelumnya tentang Pendidikan abad 21 apa dan bagaimana.
Disini siswa meminta bantuan /bertanya dan mencari solusi kepada kecerdasan buatan (Artificial intelligence/AI). Chatbot nya dapat digunakan siswa bertanya dan memahami konsep-konsep yang rumit, sulit atau komplek, bahkan memberikan umpan balik yang cepat/instan.
"kita menjadi tau konsekuensinya, untuk tidak terlalu percaya terhadap hasil dari chatGPT, karena pada dasarnya dia (ChatGPT) ngarang. (Dr. Eng. Ayu Purwarianti, S.T, M.T)"
Searah dengan filosofi tersebut, ada kalimat menarik yang disampaikan Abah Ezra ( tokoh central di balik kesuksesan 3 srikandi band wanita asal Garut yaitu VOB), ketika di tanya dalam sebuah podcast dimana mereka yang tidak memiliki pengetahuan musik alias nol dalam bermusik bisa menjadi sekarang ini terkenal diblantika musik metal dunia ? dijawab oleh Ezra : " sebenarnya mereka belajar sendiri, menurut saya anak-anak itu lebih efektif belajar, ketika dia ditemani belajar bukan diajari, mereka lebih semangat belajar ketika mereka tahu gurunya sebenarnya sama-sama tidak tahu sama dia, dan cari tahunya bareng/ditemani dengan mencari tahu berdasar usianya tentunya dia (peserta didik) akan lebih cepat tahu dibanding dia (gurunya)"
Faktanya guru tidak selamanya tahu dan mampu mendampingi serta memfasilitasi seluruh peserta didik didalam kelas, sebagaimana umumnya di sekolah-sekolah kita, jumlah siswa dalam satu kelas bisa 32 - 40 orang, bayangkan mereka semuanya bertanya langsung pada gurunya , dengan beragam pertanyaan !
Kehadiran teknologi seperti chatGPT dan lain sebagainya bisa menjadi sumber belajar dan cakupan pembelajaran menjadi lebih luas serta menjadi media interaksi yang intens antara guru dan peserta didiknya yang memudahkan dan meringankan guru, dalam memberikan bantuan perindividu peserta didik secara asyncronus (pembelajaran mandiri).
Rasa-rasanya patut sobat gurusumedang baca tentang Pendekatan coaching dalam dunia pendidikan dan Competencies and strategies on online teaching dalam mengoptimalkan pembelajaran mandiri.
Bagaimana merespon masa depan
Developing Literacy Skills in a Digital World bahwa akses siswa ke teknologi digital dan pelatihan tentang cara menggunakannya sangat bervariasi antar negara dan profil sosial ekonomi siswa.
Konsep pembelajaran merdeka belajar
- Beragam waktu dan tempat, proses belajar bukan hanya di ruang kelas, durasi di kelas jadi berkurang, banyak waktu belajar di waktu serta ruang berbeda, sistem belajar dibalik : teoritis lebih banyak di luar kelas sedangkan praktis di dalam kelas.
- Free Choice, dipilih siswa sesuai perangkat, program/teknik belajar sesuai siswa, mempraktikkan cara belajar yang paling ia rasa nyaman sehingga kemampuannya terus terasah.
- Personalized Learning, menyesuaikan si pelajar dalam memahami materi, memecahkan jawaban sesuai dengan kemampuannya, Ibarat bermain game : mampu memecahkan tantangan akan cepat naik level jadi bukan lagi cara pukul rata kemampuan siswa.
- Berbasis Proyek, siswa diajak menerapkan keterampilan yang ia sudah pelajari dalam berbagai situasi. Seperti belajar bagaimana cara instalasi komputer, memecahkan kode struktur, dan coding. Jadi pengalamannya akan terasa untuk nantinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
- Pengalaman Lapangan, link and match di dunia pekerjaan sangatlah penting. Saat ini banyak sekali materi yang diajarkan di bangku sekolah dan perkuliahan yang tidak nyambung dengan dunia kerja. Pada Edukasi 4.0 akan banyak pengalaman lapangan saat masih di sekolah dipraktikkan di dunia kerja
- Interpretasi Data, Setiap siswa akan lebih banyak tahu mengenai komputer dan analisa data. Mengingat di era Reolusi industri 4.0 sangat banyak bersinggungan dengan data. Peran Big Data sangat sentral dalam memecahkan masalah yang ada. Data tersebut bisa digunakan sesuai kebutuhan dan menganalisa sejumlah masalah jadi solusi akhir
- Pengetahuan | bisa melampaui, akses informasi dan pengetahuan yang luas dan tanpa batas.
- Peran guru | mentoring berkelanjutan, kemampuan memecahkan masalah (problem solvind) dan teamwork
- Penilaian | menitikberatkan pada proses bukan pada nilai akhir (nilai pada effort/perjuangan).
Penutup
- libatkan peserta didik dalam menentukan tujuan
- berikan pilihan cara (Multi moda)
- ajak peserta didik untuk merefleksi dirinya
Posting Komentar untuk "ChatGPT Menggeser Peran Guru ?"
Jangan lupa tinggalkan komentar sebagai alat silaturahmi dan jika bermanfaat bisa saudara share, komentar yang memasukan link judi dan hal lainnya yang tidak sesuai norma, akan langsung saya hapus. Terimakasih, Sukses Selalu