Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

6 Level Taksonomi Marzano

6 Level Taksonomi Marzano. Marzano & Kendall (2006) mengembangkan model taksonomi yang memadukan faktor yang berjangkauan luas yang mempengaruhi bagaimana siswa berpikir. Model yang digunakan untuk  mengembangkan Taksonomi Marzano yang tidak hanya menjelaskan bagaimana manusia memutuskan apakah akan terlibat dalam tugas baru di suatu waktu, tetapi juga menjelaskan bagaimana informasi diproses setelah keputusan untuk terlibat telah dibuat. 

Marzano adalah sarjana senior di penelitian di benua tengah untuk pendidikan dan pembelajaran (McREl)  Aurora Colorado dan seorang Profesor Madya di Cardinal Strictch Universitas di Milwaukee Winconsin.

Selama kurang lebih 35 tahun Marzano berkiprah di bidang pendidikan publik, bekerja di setiap negara bagian, serta di sejumlah negara di Eropa dan Asia. Tema sentral dalam setiap karyanya adalah menerjemahkan penelitian dan teori ke dalam program dan alat praktis untuk guru dan administrator K-12, tentunya tulisan-tulisannya banyak dijadikan rujukan dunia pendidikan.

Sedangkan Kendall adalah adalah direktur senior dalam penelitian di McREL. Di sana ia mengarahkan unit bantuan teknis yang mengembangkan dan menyediakan layanan terkait standar untuk sekolah, distrik, negara bagian, dan organisasi lainnya.

Seorang ahli yang diakui secara internasional dalam pengembangan dan peningkatan standar pendidikan. Kendall telah menjadi konsultan di lebih dari 50 distrik sekolah dan 14 departemen pendidikan negara bagian serta lembaga pendidikan di wilayah AS dan luar negeri.

6 Level Taksonomi Marzano. Marzano & Kendall (2006) mengembangkan model taksonomi yang memadukan faktor yang berjangkauan luas yang mempengaruhi bagaimana siswa berpikir. Model yang digunakan untuk  mengembangkan Taksonomi Marzano yang tidak hanya menjelaskan bagaimana manusia memutuskan apakah akan terlibat dalam tugas baru di suatu waktu, tetapi juga menjelaskan bagaimana informasi diproses setelah keputusan untuk terlibat telah dibuat.

6 Level Taksonomi Marzano

Model Taksonomi Marzano menyatakan tiga sistem mental: 

  1. sistem kognitif. (Sistem kognitif mempunyai empat level) yaitu ; 
    • level 1 : retrieval (pengambilan/ mengenali pengetahuan)
    • level 2 : comprehension (pemahaman)
    • level 3 : analysis (analisis)
    • level 4 : knowledge utilization (Pemanfaatan Pengetahuan)
  2. Level 5 : Sistem metakognitif
  3. Level 6 : Sistem Diri

Taksonomi Marzano menggabungkan dasar-dasar dari tingkat berfikir para proses kognitif dan proses metakognitif, sebagaimana konsep-konsep tersebut berhubungan dengan manfaatnya, motivasinya, dan emosi sebagai pendukung. 

Enam level taksonomi Marzano juga berinteraksi dengan apa yang disebut Robert Marzano “tiga pengetahuan awal”, yakni: 

  1. Informasi, mencakup kosa kata, isi secara lengkap, atau prinsip. 
  2. Prosedur mental, mencakup mengklarifikasikan secara umum dan memonitor metakognitif. 
  3. Prosedur psikomotor, mencakup keahlian dan kecakapan atau penampilan. 
Berikut enam level yang dikemukakan dalam taksonomi Marzano (Marzano, 2001), bersumber pada  Marzano & Kendall (2007-dalam Marzano & kendall,2008:4-5) antara lain:

Tabel Level dalam taksonomi Marzano

1. Sistem Kognitif

Tingkat
Taksonomi
 Operasi 
Bentuk Umum Tujuan
(Deskripsi)
level 1 :
pengambilan
(pengetahuan faktual)
Mengenali Siswa mampu memvalidasi pernyataan yang benar tentang fitur informasi, tetapi belum tentu memahaminya struktur pengetahuan atau membedakan kritis dan komponen non-kritis

Mengingat Siswa mampu menghasilkan/menyebutkan  ciri-ciri informasi, namun belum tentu memahami struktur pengetahuan atau membedakan kritis dan komponen non kritis

Eksekusi Siswa mampu melakukan prosedural tanpa kesalahan yang
signifikan tetapi tidak memahami bagaimana dan mengapa
prosedur tersebut berhasil
Level 2 :
Pemahaman
(pengetahuann 
konseptual)
Mengintegrasikan Siswa mampu mengidentifikasi struktur dasar informasi
prosedural mental, atau prosedur psikomotorik dan karakteristik kritis dibandingkan dengan karakteristik non kritis

melambangkan Siswa mampu membangun representasi simbolis yang
akurat dari informasi, prosedur mental atau prosedur psikomotorik membedakan kritis dan komponen non-kritis
Level 3 :
Analisis
(pengetahuan 
Prosedural)
Mencocokan Siswa mampu mengidentifikasi persamaan dan perbedaan penting relatif terhadap informasi, prosedur mental, atau
prosedur psikomotorik

mengklasifikasikan  Siswa mampu mengidentifikasi superordinat dan kategori
bawahan relatif terhadap informasi, mental prosedur atau 
psikomotorik prosedur

menganalisis kesalahan Siswa mampu mengidentifikasi kesalahan dalam penyajian
atau penggunaan informasi, prosedur mental atau psikomotorik prosedur

Generalisasi Siswa mampu membangun generalisasi atau prinsip baru berdasarkan informasi, prosedral mental atau prosedur 
psikomotorik

Menentukan Sisw mampu mengidentifikasi konsekuensi logis dari 
informasi, mental prosedur atau psikomotorik prosedur
Level 4 :
Pemanfaatan
Pengetahuan
Pengambilan keputusan
Siswa mampu menggunakan informasi, prosedural mental,
atau prosedural psikomotorik untuk memecahkan masalah secara umum atau memeccahkan maslah tentang informasi prosedural mental atau prosedur psikomotorik

Penyelesaian Masalah Siswa mampu menggunakan informasi, prosedur mental
atau prosedur psikomotorik untuk memecahkan masalah secara umum atau memecahkan masalah tentang infomrasi
prosedural mental atau prosedur psikomotorik

Bereksperimen Siswa mampu menggunakan informasi prosedural mental
atau prosedural psikomotorik untuk menghasilkan dan 
menguji hipotesis tentang informasi, prosedural mental
atau prosedural psikomotorik

Menyelidiki Siswa mampu menggunnakan informasi, prosedural
mental, atau prosedur psikomotorik untuk melakukan penyelidikan secara umum atau melakukan penyelidikan mengenai informasi atau psikomotorik prosedural

2. Sistem Metakognitif

Tingkat
Taksonomi
Operasi
Bentuk Umum Tujuan 
(Deskripsi)
Level 5 ;
Pengetahuan
Metakognisi 
menentukan SasaranSiswa mampu menetapkan tujuan yang berhubungan
dengan informasi , prosedur mental atau prosedur
psikomotorik dan renca untuk mencapai tujaun tersebut

Proses Pemantauan Siswa mampu memantau kemajuan menuju pencapaian 
tujaun tertentu relatif terhadap informasi. prosedral mental
atau psikomotorik prosedur

Pemantauan kejelasan Siswa mampu menentukan sejauh mana dia mempunyai
kejelasan tentang hal tersebut informasi, prosedur mental,
atau prosedur  psikomotorik
Pemantauan Ketepatan  Siswa mampu menentukan sejauh mana dia akurat tentang
informasi, prosedural mental, atau prosedural 
Psikomotorik

3. Sistem Diri

Tingkat
Taksonomi
Operasi 
Bentuk Umum Tujuan
(Deskripsi)
Level 6 :
Diri sendiri
(Berpikir Sistem
/Berpikir Produktif)
memeriksa Pentinya  Siswa mampu mengidentifikasi betapa pentinya
informasi, prosedur mental. atau prosedur psikomotorik
kepadanya dan alasannya mendasari persepsi ini

memeriksa Kemajuan Siswa mampu mengidentifikasi keyakinan tentang
kemampuan untuk meningkatkan kompetensi atau
pemahaman relatif terhadap informasi, prosedural mental,
atau prosedur psikomotik dan alasan yang mendasari persepsi

memeriksa emosional
Tanggapan 
siswa mampu mengidentifikasi respons emosionalnya terhadp informasi, prosedur mental atau prosedur psikomotorik dan 
alasan tanggapan tersebut

memeriksa Motivasi siswa mampu mengidentifikasi tingkat keseluruhan motivasinya
untuk berkembang kompetensi atau pemahaman relatif
terhadap informasi prosedur mental atau psikomotik prosedur dan alasan tingkat motivasi ini.

Penjelasan 6 level Taksonomi Marzano

Pada level 1 Pengambilan (Pengetahuan Faktual)

Pada level 1 Pengambilan, dengan fungsi/operasi untuk :
  • Mengenali, bentuk  umum tujuannya, yakni bahwa siswa akan dapat memvalidasi pernyataan yang benar  tentang fitur informasi, tetapi belum tentu memahami struktur pengetahuan atau  membedakan komponen kritis dan nonkritis. 
  • Mengingat, siswa  akan dapat menghasilkan fitur informasi, tetapi belum tentu memahami struktur  pengetahuan atau membedakan komponen kritis dan nonkritis. 
  • Eksekusi, siswa akan dapat melakukan suatu prosedur tanpa kesalahan yang berarti,  tetapi belum tentu memahami bagaimana dan mengapa prosedur itu bekerja. 

Pada level 2 Pemahaman (Pengetahuan Konseptual)

Pada level 2 Pemahaman, dengan fungsi/operasi untuk :
  • Mengintegrasikan, Peserta didik akan dapat mengidentifikasi struktur dasar dari  informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotorik dan kritis sebagai lawan  karakteristik nonkritis. 
  • Melambangkan, peserta didik akan dapat  membangun representasi simbolik yang akurat dari informasi, prosedur mental, atau  prosedur psikomotor yang membedakan elemen kritis dan nonkritis.  

Pada level 3 Analisis (Pengetahuan Prosedural)

Pada level 3 Analisis, dengan fungsi/operasi untuk:
  • mengidentifikasi ,kesamaan dan perbedaan  penting terkait dengan informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotorik. 
  • Mengklasifikasikan, siswa akan dapat mengidentifikasi kategori atasan dan  bawahan relatif terhadap informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotorik.  
  • Menganalisis Kesalahan, siswa akan dapat mengidentifikasi kesalahan  dalam penyajian atau penggunaan informasi, prosedur mental, atau prosedur  psikomotorik. 
  • Generalisasi, siswa akan dapat membangun  generalisasi atau prinsip baru berdasarkan informasi, prosedur mental, atau prosedur  psikomotorik. 
  • Menentukan, siswa akan dapat mengidentifikasi  konsekuensi logis dari informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotorik.  

Pada level 4 Pemanfaatan Pengetahuan

Pada level 4 Pemanfaatan Pengetahuan, dengan fungsi/operasi untuk :
  • Pengambilan Keputusan, bentuk umum tujuannya, yakni bahwa siswa akan dapat menggunakan  informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotorik untuk membuat keputusan  secara umum atau membuat keputusan tentang penggunaan informasi, prosedur mental,  atau prosedur psikomotorik. 
  • Penyelesaian masalah, siswa akan dapat  menggunakan informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotorik untuk  memecahkan masalah secara umum atau memecahkan masalah tentang informasi,  prosedur mental, atau prosedur psikomotorik. 
  • Bereksperimen,  siswa akan dapat menggunakan informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotor  untuk menghasilkan dan menguji hipotesis secara umum atau menghasilkan dan  menguji hipotesis tentang informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotor. 
  • Menyelidiki, siswa akan dapat menggunakan informasi, prosedur  mental, atau prosedur psikomotor untuk melakukan penyelidikan secara umum atau  melakukan penyelidikan tentang informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotor.  

Pada level 5 Metakognisi (Pengetahuan Metakognisi)

Pada level 5 Metakognisi dengan fungsi/operasi untuk :
  • Menentukan Tujuan, bentuk  umum tujuannya, yakni bahwa siswa akan dapat menetapkan tujuan relatif terhadap  informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotorik dan rencana untuk mencapai  tujuan tersebut. 
  • Pemantauan Proses, siswa akan dapat  memantau kemajuan menuju pencapaian tujuan tertentu, relatif terhadap informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotorik. 
  • Kejelasan Pemantauan, siswa akan dapat menentukan sejauh mana dia memiliki kejelasan tentang  informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotorik. Ketika berfungsi untuk  Akurasi Pemantauan, siswa akan dapat menentukan sejauh mana dia akurat tentang  informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotorik. 

Pada level 6  Pemikiran Sistem

Pada level 6 pemikiran sistem dengan fungsi/operasi untuk :
  • Meneliti Pentingnya, bentuk umum  tujuannya, yakni bahwa peserta didik akan dapat mengidentifikasi seberapa penting informasi,  prosedur mental, atau prosedur psikomotorik menurutnya dan penalaran yang  mendasari persepsinya. 
  • Memeriksa manfaat, siswa akan dapat  mengidentifikasi keyakinan tentang kemampuannya untuk meningkatkan kompetensi  atau pemahaman relatif terhadap informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotor  dan penalaran yang mendasari persepsinya. 
  • Memeriksa Respon Emosional, siswa akan dapat mengidentifikasi respons emosionalnya terhadap  informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotor dan alasan responsnya. 
  • Memeriksa dan motivasi, siswa akan dapat mengidentifikasi tingkat  motivasinya secara keseluruhan untuk meningkatkan kompetensi atau pemahaman  relatif terhadap informasi, prosedur mental, atau prosedur psikomotorik dan alasan untuk tingkat motivasinya.  

Tujuan Pembelajaran dalam Taksonomi Marzano & Kendall bagi Pendidik

Tujuan pembelajaran dalam Taksonomi Marzano & Kendall  memiliki  beberapa relevansi bagi para pendidik,diantaranya  ;

  1. Pertama, tujuan itu penting bagi  pendidik dalam mendesain kurikulum dan pembelajaran, secara khusus ketika hendak  menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ataupun modul ajar. Pertanyaan Mengapa  suatu tujuan itu penting? Menurut Sanjaya (2008: 101), tujuan itu penting karena beberapa  alasan, yakni :
    1. tujuan memiliki keterkaitan erat dengan arah dan sasaran yang hendak  dicapai oleh setiap upaya pendidikan; 
    2. tujuan yang jelas akan membantu para  pengembang kurikulum dalam mendesain model kurkulum, dan membantu para guru  dalam mendesain sistem pembelajaran; dan 
    3. tujuan yang jelas dapat digunakan sebagai  kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Level-level tujuan yang  disumbangkan oleh Marzano dan Kendall penting untuk didalami dan diterapkan oleh para  pendidik.  
  2. Kedua, ada berbagai klasifikasi tujuan yang diberikan oleh berbagai ahli. Sebagai  contoh Hilda Taba (1962: 206-207) mengklasifikasikan tujuan (tujuan), sebagai  berikut:
    • klasifikasi mata pelajaran, misalnya, cenderung mendukung kemampuan  akademik di bidang studi dan mensuboerdinasi kualitas yang dibutuhkan untuk  pengembangan individu sebagai pribadi; 
    • klasifikasi dalam istilah seperti  kewarganegaraan demokratis, kompetensi ekonomi, atau bidang kebutuhan hidup  cenderung menekankan persyaratan budaya tetapi lemah dalam mengekspresikan lingkup  perilaku untuk dibudidayakan; 
    • klasifikasi berkaitan dengan kompetensi individu,  seperti inisiatif atau pemikiran yang jernih tidak selalu menyampaikan dengan jelas  kegiatan kehidupan apa atau bidang studi kompetensi ini berlaku. Marzano dan Kendall  menyumbang gagasan mengenai tujuan dalam bentuk taksonomi dengan enam level.   Pendidik dapat memanfaatkannya dalam mendesain tujuan pembelajaran supaya terlihat  spesifik dan dapat diukur.  
  3. Ketiga, Marzano & Kendall memberikan taksonomi baru supaya membantu  pendidik dalam menyusun tujuan Pendidikan di semua mata pelajaran, baik dalam ilmu  pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan sebagainya. Berkiblat pada gagasan  Schubert, para pendidik dapat memanfaatkan taksonomi baru Marzano & Kendall dalam  mendesain tujuan pembelajaran dari empat kategori substansif tujuan. Schubert (1986,  202-206) memberikan empat kategori substansif dari tujuan (purposes) yaitu: 
    1. Socialization (sosialisasi): “Sosialisasi mengacu pada tujuan menggunakan kurikulum untuk memperkenalkan generasi muda ke dalam cara hidup dalam masyarakat atau budaya”: 
    2. Achievement (pencapaian):  “Tujuan ini sangat ditekankan di negara-negara industri dan pasca-industri di mana prestasi biasanya ditentukan berdasarkan nilai ujian”; 
    3. Personal growth  (pertumbuhan pribadi): “Sebagai tujuan utama, pertumbuhan pribadi pelajar di abad ini bermula dari gerakan Pendidikan Progresif, yang berlangsung dari tahun-tahun awal abad ke-20 hingga tahun 1950-an dan merupakan tujuan yang diperjuangkan oleh John Dewey.”;  dan 
    4. Social change (perubahan social): “Tujuan ini kadang-kadang disebut sebagai orientasi rekonstruksionis. Kaum rekonstruksionis berpendapat bahwa sekolah dapat dan harus memimpin jalan menuju perbaikan sosial. Hal ini lebih dari sekedar sosialisasi dan mobilitas sosial, yang menerima sistem apa adanya, untuk mendukung kebutuhan masyarakat yang lebih baik”.
  4. Keempat, taksonomi baru Marzano & Kendall dapat dijadikan sebagai salah satu  referensi dalam melihat pemahaman menyangkut kriteria penilaian terhadap suatu tujuan.  Sebagai contoh, ketika membahas kriteria penilaian kurikulum, Hamalik (2012: 241) memberikan kriteria penilaian tujuan, yakni :
    1. perumusan tujuan dalam artian  perubahan tingkah laku untuk mengembangkan kemampuan dalam tiga matra:  pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai; 
    2. perumusan tujuan dengan jelas dan  operasional; 
    3. tujuan bersumber/berdasarkan data: masyarakat, perkembangan manusia,  dan disiplin ilmu pengetahuan; 
    4. berdasarkan sistem nilai/kebudayaan masyarakat yang  berubah dengan cepat; 
    5. tujuan-tujuan itu dapat dicapai dan layak untuk dicapai; 
    6. tujuan-tujuan itu harus tepat guna dan mendaya guna untuk melaksanakan fungsi-fungsi  kediklatan;
    7. tujuan-tujuan itu harus terperinci, memadai dan menyeluruh; dan 
    8. perumusan tujuan sambil mempertimbangkan aspek prioritas dan keseimbangan, baik dari  segi disiplin ilmu maupun dalam masing-masing matra. Taksnomi baru Marzano &  Kendall memberikan sumbangan bagi para guru untuk lebih terperinci dan terukur melihat  ketercapaian tujuan Pendidikan.  
  5. Kelima, diskusi tentang tujuan pendidikan sering mengacu pada beberapa tingkat,  seperti tujuan pendidikan pada scope negara, scope daerah, scope sekolah, scope mata  pelajaran, atau scope rencana pelaksanaan pembelajaran. Orsntein, dkk (2011: 391)  mengemukakan, “Ketika kita berbicara tentang tujuan pendidikan, kita mungkin mengacu pada tujuan pada satu atau lebih tingkat berikut: negara, negara bagian, distrik sekolah, sekolah, mata pelajaran/kelas, rencana unit, atau rencana pelajaran”.Bagi Sanjaya (2008: 106) tujuan memiliki empat  hirarki, yakni 
    1. Tujuan pendidikan Nadional, 
    2. Tujuan institusional, 
    3. Tujuan  kurikuler, 
    4. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran. 
Marzano & Kendall  memberikan kontribusi besar untuk tujuan yang dapat dimanfaatkan pendidik  dalam proses pembelajaran.  

Dimensi Belajar Marzano

Model Dimensi Belajar menjelaskan bagaimana otak bekerja selama orang belajar. yang terdiri atas lima tipe berpikir yang bersifat interaktif, yaitu :
  1. sikap dan persepsi positif terhadap belajar, 
  2. pemerolehan dan pengitegrasian pengetahuan, 
  3. perluasan dan penghalusan pengetahuan, 
  4. penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan 
  5. kebiasaan berpikir produktif. 
Pembelajaran yang mengikuti alur lima dimensi itu, niscaya akan memberikan hasil belajar yang maksimal.

1. Mengembangkan Sikap dan Persepsi Positif terhadap belajar

Sikap dan persepsi si belajar peserta didik  sangat mempengaruhi proses belajar. Sikap dapat mempengaruhi belajar secara positif, sehingga belajar menjadi mudah, sebaliknya sikap juga dapat membuat belajar menjadi sangat sulit.

Salah satu yang mempengaruhi sistim limbik dalam mengalihkan ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang adalah sikap positif dan kegembiraan, semakin positif dan suasana belajar yang penuhh kegembiraan, terlepas dari kecemasan dan rasa ketertekanan dan rasa takut maka apa yang masuk keingatan jangka pendek akan didorong masuk ke ingatan jangka panjang sehingga proses belajar menjadi mudah.

Ada dua kategori sikap dan persepsi yang mempengaruhi belajar: 
  1. sikap dan persepsi tentang iklim (suasana) belajar, dan 
  2. sikap dan persepsi terhadap tugas-tugas kelas.
Guru yang efektif memberikan penguatan terhadap kedua kategori itu dengan teknik
yang jelas dan sesuai.

Guru sepatutnya membantu menumbuhkan sikap dan persepsi peserta didik  yang
positif terhadap iklim belajar dengan menekankan aspek-aspek internal peserta didik (suasana mental yang kondusif) daripada aspek-aspek eksternal. 

Aspek-aspek internal ini meliputi dua hal, yaitu 
  1. penerimaan oleh guru dan teman sekelas (kontak mata, penguatan, dll), dan 
  2. kenyamanan suasana fisik di dalam kelas (perabot yang nyaman, aturan-aturan yang menyenangkan, dll). 
Caranya dengan membantu menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap tugas-tugas kelas dengan cara memberikan pemahaman akan nilai tugas, kejelasan tugas, dan kejelasan sumber.

2. Belajar untuk Pemerolehan dan Pengintegrasian Pengetahuan

Para ahli psikologi kognitif memandang belajar adalah  proses interaksi yang tinggi
dalam membangun makna secara personal dari informasi yang diperoleh dengan
pengetahuan yang sudah ada menjadi pengetahuan baru. 

Proses menerima pengetahuan melibatkan proses interaksi antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang ingin dipelajari, dan setelah itu mengkontruksikan dan mengintegrasikan informasi tersebut menjadi langkah-langkah sederhana yang mudah digunakan.

E.D. Gagne (1985) mengatakan bahwa pengetahuan dapat dikategorikan menjadi dua,
yakni ;
  1. pengetahuan deklaratif dan 
  2. pengetahuan prosedural.  
Tiap tipe pengetahuan yang berbeda akan membutuhkan proses yang berbeda pula.

Misalnya belajar membaca peta, melakukan eksperimen, mengedit esei, dan sejenisnya,
akan berbeda prosesnya dengan belajar jenis pengetahuan seperti: nama-nama ibukota,
jenis bakteri, dan sejenisnya. 

Contoh kelompok pertama mencakup proses. 

Proses tersebut terbentuk di dalam mode linier. Dalam melakukan eksperimen, misalnya
  • menguji benda padat yang larut dalam air, 
  • siswa melakukan dengan tahapan-tahapan tertentu. 
  • Mungkin menyiapkan lembar catatan, 
  • menyiapkan perangkat eksperimen,
  • mencari bermacam-macam bahan, 
  • memberi label bahan-bahan yang akan diuji,
  • menyiapkan air dalam gelas-gelas, 
  • melakukan pelarutan benda-benda yang diuji,
  • mengamati hasil larutan, dst. 
Pengetahuan yang demikian ini disebut pengetahuan prosedural. 

Contoh kelompok kedua tidak menunjukkan proses atau seperangkat tahapan. 

Pemerolehan pengetahuan tipe ini mencakup pemahaman komponen-komponen
dan mengingatnya kembali tatkala diperlukan. Misalnya,  pengetahuan konsep “air minum” meliputi pemahaman tentang air yang bersih, air yang tidak mengadung bahan-bahan beracun, air untuk keperluan rumah tangga, dan sebagainya. 

Tipe pengetahuan ini secara umum disebut pengetahuan deklaratif

3. Perluasan dan Penghalusan Pengetahuan

Pada umumnya kita belajar dengan baik jika pengetahuan yang kita pelajari itu
diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Suatu tujuan akan dicapai nmanakala kita menggunakan pengetahuan itu secara bermakna.

Cara guru membantu pesesrta didik agar dapat menggunakan pengetahuan secara
bermakna dapat Sobat GS lakukan dengan :
  1. Decision making, yaitu suatu proses menjawab pertanyaan seperti “mana yang paling cocok untuk ….?”; 
  2. Investigation; ada tiga tipe dasar investigasi, yakni 
    • definitional investigation yang meliputi pemerolehan jawaban atas pertanyaan seperti “apa yang menjadi ciri khas dari…..?”;
    •  historical investigation meliputi pemerolehan jawaban atas pertanyaan seperti “mengapa ini terjadi?”; dan 
    • projective investigation yang meliputi pemerolehan jawaban atas pertanyaan “apa yang akan terjadi, jika….?; 
  3. Experimental inquiry, yaitu proses memperoleh jawaban atas pertanyaan seperti, “bagaimana saya menjelaskan ini?” atau “berdasarkan penjelasan saya, apa yang dapat saya prediksi?”; 
  4. Problem solving, yaitu menjawab pertanyaan “bagaimana saya akan memecahkan masalah ini?”; dan 
  5. Invention, yaitu proses penciptaan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan; menjawab pertanyaan seperti “apa cara yang paling baik ….? 
Dalam menjadikan pengetahuan bermakna, penerapan kelima cara tersebut dalam tugas-tugas kelas dapat dikategorikan menjadi application-oriented task, long-term task, dan student-directed task

4. Belajar Menggunakan Pengetahuan secara Bermakna

Secara umum ketika kita belajar dengan baik jika pengetahuan yang kita pelajari itu
diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. 
Cara guru membantu peserta didik untuk dapat menggunakan pengetahuan secara
bermakna dilakukan dengan : 
  1. Decision making, yaitu suatu proses menjawab pertanyaan seperti “mana yang paling cocok untuk ….?”; 
  2. Investigation; ada tiga tipe dasar investigasi, yakni 
    1. definitional investigation yang meliputi pemerolehan jawaban atas pertanyaan seperti “apa yang menjadi ciri khas dari…..?”; 
    2. historical investigation meliputi pemerolehan jawaban atas pertanyaan seperti “mengapa ini terjadi?”; dan 
    3. projective investigation yang meliputi pemerolehan jawaban atas pertanyaan “apa yang akan terjadi, jika….?; 
  3. Experimental inquiry, yaitu proses memperoleh jawaban atas pertanyaan seperti, “bagaimana saya menjelaskan ini?” atau “berdasarkan penjelasan saya, apa yang dapat saya prediksi?”; 
  4. Problem solving, yaitu menjawab pertanyaan “bagaimana saya akan memecahkan masalah ini?”; dan 
  5. Invention, yaitu proses penciptaan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan; menjawab pertanyaan seperti “apa cara yang paling baik ….? 

5. Mengembangkan Kebiasaan Berpikir Produktif

Dimensi ini menumbuhkan kebiasaan mental untuk dapat berpikir secara produktif yang ditandai dengan: 
  1. self-regulated thinking and learning, yakni kebiasaa nmengetahui apa yang sedang dipikirkannya, tindakan yang terencana, mengetahuisumber-sumber yang penting, sensitif terhadap umpan balik, dan evaluatif terhadap keefektifan tindakan; 
  2. critical thinking and learning, yang dicirikan oleh tindakanyang cermat, jelas, terbuka, bisa mengendalikan diri, sensitif terhadap tingkat pengetahuan; dan 
  3. creative thinking and learning, yang ditandai oleh semangat tinggi, berusaha sebatas kemampuan, percaya diri, teguh, dan menciptakan hal-hal atau caracara baru.
Saya sarankan untuk hal ini baca juga self regulation atau kemandirian belajar bagaimana peserta didik mengembangkan kebiasan berpikir positif.

Taksonomi Menurut Bloom :

Penutup 

Demikian tentang Taksonomi Marzano yang dirancang untuk membantu pendidik memahami, mengkategorikan, dan mengatasi berbagai tingkat pemikiran atau pemahaman yang dapat dicapai peserta didik. 

Taksonomi ini merupakan perluasan dari Taksonomi Bloom yang juga banyak digunakan dalam dunia pendidikan. Taksonomi Marzano secara khusus berfokus pada proses kognitif dan membantu guru membuat tujuan pembelajaran yang lebih rinci dalam meningkatkan pemikiran kritis dan pemahaman peserta didik. 

Semoga bermanfaat
ADH
ADH "Hebatnya seorang guru karena mendidik, dan rekreasi paling indah adalah mengajar" (KH Maimoen Zubair)

Posting Komentar untuk "6 Level Taksonomi Marzano"

Guru Sumedang (GS) adalah praktisi Pendidikan yang berkomitmen untuk kemajuan dunia pendidikan. Artikel,Video dan atau Gambar di situs www.gurusumedang.com kadang bersumber dari media lainnya,GS akan berupaya menuliskan sumbernya, dan HAK CIPTA sepenuhnya dipegang media tersebut.