Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kurikulum 2022 sebagai opsi pilihan

Kurikulum 2022 sebagai opsi pilihan | Pandemi memperlihatkan kepada kita semua, begitu gagapnya dunia pendidikan mensikapi perubahan yang terjadi, Learning lost akibat ketidakmampuan secara adaptif mengikuti perubahan sangat nyata didepan mata, penguasaaan teknologi digital dalam dunia pendidikan tertatih-tatih,  transformasi pendidikan ke dunia digital yang dijalankan begitu berat padahal kompetensi digital menjadi kemampuan penting di abad 21.

PISA 2025 yang akan datang mengingatkan betapa urgennya kemampuan teknologi digital sehingga pembelajaran  harus berubah. learning in the digital world  menjadi suatu keharusan, untuk  mempersiapkan peserta didik memiliki kemampuan untuk  terlibat dalam proses pembangunan , pengetahuan dan pemecahan masalah menggunakan alat komputasi.  

laju perubahan teknologi yang sangat cepat, mengkoneksikan semua orang secara digital (IOT), informasi dan pengetahuan ada dalam genggaman sehingga peserta didik harus mampu secara mandiri mengembangkan seperangkat keterampilan dan  perspektif secara luas untuk mendukung pembelajaran seumur hidup dalam lingkungan digital yang baru dan asing. 

Yaitu Kemandirian dalam belajar yang mengacu pada pemantauan dan pengendalian proses metakognitif, kognitif, perilaku, motivasi dan afektif seseorang saat belajar; dan keterampilan dalam mengunakan  alat digital untuk mengeksplorasi sistem, mewakili ide dan memecahkan masalah dengan logika komputasi. 

Situasi inilah yang mungkin menjadi salah satu penyebab perubahan kurikulum menjadi kurikulum 2022.ditambah mata pelajaran TIK di kurikulum 2013 yang sejatinya disiapkan dalam menghadapi abad 21 hanya sebatas pilihan, dan keberadaannya seperti disisihkan hal ini bisa dirasakan oleh guru-guru TIK yang tidak dihitung sebagai jam dalam sertifikasi.

Sebuah perubahan dalam hal apapun bukanlah suatu yang ujug-ujug atau sekonyong-konyong, dari tidak ada menjadi ada, atau from zero to hero, tapi merupakan hasil refleksi dan perbaikan dari apa yang sudah ada sebelumnya sebagai sebuah proses kehidupan yang memang harus terus menyesuaikan dengan tantangan dan perubahan zaman.

Kurikulum 2022 sebagai opsi pilihan | Pandemi memperlihatkan kepada kita semua, begitu gagapnya dunia pendidikan mensikapi perubahan yang terjadi, Learning lost akibat ketidakmampuan secara adaptif mengikuti perubahan sangat nyata didepan mata, penguasaaan teknologi digital dalam dunia pendidikan tertatih-tatih,  transformasi pendidikan ke dunia digital yang dijalankan begitu berat padahal kompetensi digital menjadi kemampuan penting di abad 21.  PISA 2025 yang akan datang mengingatkan betapa urgennya kemampuan teknologi digital sehingga pembelajaran  harus berubah. learning in the digital world  menjadi suatu keharusan, untuk  mempersiapkan peserta didik memiliki kemampuan untuk  terlibat dalam proses pembangunan , pengetahuan dan pemecahan masalah menggunakan alat komputasi.    laju perubahan teknologi yang sangat cepat, mengkoneksikan semua orang secara digital (IOT), informasi dan pengetahuan ada dalam genggaman sehingga peserta didik harus mampu secara mandiri mengembangkan seperangkat keterampilan dan  perspektif secara luas untuk mendukung pembelajaran seumur hidup dalam lingkungan digital yang baru dan asing.   Yaitu Kemandirian dalam belajar yang mengacu pada pemantauan dan pengendalian proses metakognitif, kognitif, perilaku, motivasi dan afektif seseorang saat belajar; dan keterampilan dalam mengunakan  alat digital untuk mengeksplorasi sistem, mewakili ide dan memecahkan masalah dengan logika komputasi.   Situasi inilah yang mungkin menjadi salah satu penyebab perubahan kurikulum menjadi kurikulum 2022.ditambah mata pelajaran TIK di kurikulum 2013 yang sejatinya disiapkan dalam menghadapi abad 21 hanya sebatas pilihan, dan keberadaannya seperti disisihkan hal ini bisa dirasakan oleh guru-guru TIK yang tidak dihitung sebagai jam dalam sertifikasi.  Sebuah perubahan dalam hal apapun bukanlah suatu yang ujug-ujug atau sekonyong-konyong, dari tidak ada menjadi ada, atau from zero to hero, tapi merupakan hasil refleksi dan perbaikan dari apa yang sudah ada sebelumnya sebagai sebuah proses kehidupan yang memang harus terus menyesuaikan dengan tantangan dan perubahan zaman.
Rapat Kerja Mendikbud dengan komisi komisi X DPR

Sehingga perubahan kurikulum 2013 menjadi kurikulum merdeka belajar atau kurikulum 2022  perlu disikapi  sebagai upaya reflektif  dan perbaikan dalam menghadapi perubahan zaman yang sangat cepat.

Namun tentunya karena guru adalah ujung tombak pendidikan membutuhkan kepastian dan kejelasan seperti apa bentuk dan arah dari kurikulum baru ini, sehingga tidak gamang dalam melangkah.

Mendikbud menyebutkan sebagaimana dikutip oleh Republika (kamis,2 Des 2021) bahwa ; "Setiap sekolah yang ingin atau punya kemauan untuk mencoba kurikulum baru ataupun masih berdiri dengan kurikulum yang sekarang, itu adalah opsinya sekolah" masih diberikan kebebasan dalam menggunakan kurikulum 2013 atau kurikulum 2022.

Sebelum  kita lanjut sedikit saya cuplik cerita dari Marpaung,Parlimbungan(2005;112) dalam bukunya berjudul setengah isi setengah kosong, menceritakan para nelayan Jepang berpikir keras dalam menyediakan permintaan konsumen yang menginginkan bukan hanya sebatas ikan segar, namun ikan yang lincah dan sehat, sehingga dapat memuaskan penikmat ikan segar. 

Munculah ide ketika para nelayan melaut mereka memasukan ikan hasil tangkapan kedalam tangki seperti biasa namun jumlahnya dikurangi dan memasukan ikan hiu kecil kedalamnya. 

Akibatnya ikan hiu kecil tersebut memang memakan ikan namun hanya sedikit, sedangkan ikan lainnya terus  berlari karena dikejar-kejar ikan  hiu tersebut. Apa yang terjadi dengan perlakuan tersebut ikan-ikan terus bergerak tiada henti, ketika sampai ketangan pelanggan bukan hanya dalam kondisi segar, namun sehat dan  lincah sehingga puaslah para pelanggan.

Tantangan dan masalah merupakan tanda bahwa kita masih hidup, demikian seorang filsuf pernah bertutur. Sehingga perubahan mendorong kita tetap bergerak untuk mampu menghadapi  situasi dan kondisi baru.

Demikian pula dunia pendidikan harus adaptif dan mampu secara fleksibel terus berubah mengikuti tantangan yang dihadapi.

Paradigma guru dalam mengajar

Apapun kurikulumnya, baik itu kurikulum 2013 maupun nantinya kurikulum 2022, guru sebagai penanggungjawab langsung yang berhadapan dengan peserta didik harus memastikan proses pembelajarannya berpusat  pada siswa.

Bagaimana mengetahui apakah pembelajaran sobat GS berpusat pada siswa (student center) atau sebaliknya guru lebih dominan (teacher center) ? yaitu dengan menggunakan TBLA

Wilujeung,Insih (2017,215) menyebutkan beberapa Perubahan paradigma dalam pembelajaran saat ini:

  1. Pengetahuan : pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sudah jadi, yang tinggal dipindahkan (ditransfer) dari guru ke siswa berubah menjadi Pengetahuan adalah hasil kontruksi (bentukan) atau hasil transformasi seseorang yang belajar
  2. Belajar : Belajar adalah menerima pengetahuan (pasif-reseptif) berubah menjadi belajar adalah mencari dan mengkontruksi pengetahuan aktif dan spesifik caranya
  3. Mengajar : menyampaikan pengetahuan (klasikal) menjalankan sebuah intruksi yang telah dirancang berubah menjadi menjalankan berbagai strategi yang membantu siswa untuk dapat belajar

Tujuan pendidikan menurut Kihajar Dewantara adalah  “menuntun segala kodrat yang ada pada  anak-anak, agar mereka dapat mencapai  keselamatan dan kebahagiaan yang  setinggi-tingginya baik sebagai manusia  maupun sebagai anggota masyarakat”

Dalam menuntun, siswa diberi kemerdekaan dalam belajar namun pendidik sebagai pamong yang menuntun siswa agar tidak kehilangan arah sehingga dipastikan mendapatkan kebebasannya belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan serta menjadi guru perhatian dan menarik perhatian siswanya.

Selengkapnya tentang merdeka belajar dan filosofi Kihajar Dewantara serta  merdeka belajar & Miskonsepsi belajar.


Yang baru dalam Kurikulum 2022 

Supangat (2021;6) menguraikan perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum merdeka belajar adalah :

  1. level TK ; Pendekatan pembelajaran yang awalnya  berbasis tema pada Kur .2013, berubah  menjadi fokus literasi (buku yang digemari  anak-anak) pada Kur. 2022 (Prototipe)
  2. level SD ; Pelajaran IPA dan IPS yang awalnya dipisah  pada kurikulum 2013, dirubah untuk  digabung menjadi IPAS (Ilmu Pengetahuan  Alam dan Sosial) sebagai fondasi sebelum anak belajar IPA  dan IPS terpisah di jenjang SMP
  3. level SMP ; Pembelajaran Informatika pada kur. 2013  menjadi Mata pelajaran (mapel) pilihan,  sementara di kur. 2022 mapel informatika  sebagai mata pelajaran wajib
  4. level SMA ; Di Kur, 2013 siswa SMA masuk langsung  memilih penjurusan dalam  Kurikulum 2022  dikembalikan seperti kurikulum 2006 dimana siswa mengambil dan menentukan  peminatan pada kelas 11, karena perlu  berkonsultasi dengan guru BK, wali kelas,  dan orang tua

Menghadapi implementasi kurikulum 2022 apa yang harus dilakukan guru dan sekolah ?

Supangat (2021) menyebutkan  dalam mensukseskan implementasi Kur. 2022 ini ada dua hal yang perlu dipastikan keterlaksanaannya yaitu  :

  1. Sekolah mampu dengan baik membuat Kurikulum Operasional Satuan Pembelajaran (KOSP), yang pada kurikulum 2013 dengan menyusun KTSP (buku1,2 dan 3) dan fokus menumbuhkan karakter pelajar pancasila.
  2. Apa yang harus dikuasi guru? Yaitu mau berubah dengan paradigma baru dan menguasai minimal dua model pembelajaran yaitu Project Based Leaning (PjBL) dan Teaching at the Right Level (TaRL) 

Project Based Learning (pjBL)

Pembelajaran Projek ini juga dikenal PjBL (Project Based Learning/PBL) berupa pemberian proyek kepada siswa yang harus diselesaikan dalam periode dan waktu tertentu mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan & penyerahan produk 

Beberapa model produk dari PjBL, dapat dikelompokan dalam tiga model yaitu :

  • Produk Karya Tehnologi yang salah satu bentuknya membuat animasi atau video 
  • Produk Karya Tulis, seperti membuat laporan hasil pengamatan 
  • Produk Prakarya contohnya membuat miniatur rumah dari barang bekas , produk daur ulang dan lain sebagainya. 

Perkaya dengan artikel sebelumnya tentang Projeck Based Learning  :

Teaching At The right level (TaRL)

Pengajaran dengan menggunakan pendekatan TaRL adalah mengatur peserta didik tidak terikat pada tingkatan kelas. Namun dikelompokkan berdasarkan fase perkembangan ataupun sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik yang sama.  

Untuk hal ini guru atau satuan pembelajaran harus melakukan test Diagnostik sehingga siswa dapat dikelompokkan berdasarkan kemampuannya.

Sehingga acuannya pada capaian pembelajaran, namun disesuaikan dengan karakteristik, potensi, kebutuhan peserta didiknya. 

Demikianpun dengan hasil belajarnya, juga ditentukan oleh berdasarkan evaluasi pembelajaran sesuai dengan fase/levelnya. Untuk mengatahui posisi dan level kognisi peserta didik dengan melakukan tes diagnostic; kemudian melakukan pendampingan pada peserta didik yang belum mencapai kompetensi pembelajaran.

beberapa tulisan yang layak anda baca tentang Tes Diagnostik :

Penilaian 

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan 3 model penilaian :

  • Assessment of learning adalah penilaian yang kita lakukan  pasca proses pembelajaran berakhir. atau yang sering kita kenal dengan istilah penilaian sumatif, seperti penilaian ulangan harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, penilaian akhir tahun, Ujian sekolah
  • Assessment for learning  adalah penilaian yang dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung (real time) dan biasanya dilakukan sebagai dasar dalam melakukan perbaikan proses belajar mengajar. 
  • Assessment as learning memiliki fungsi yang hampir sama dengan assessment for learning, yaitu berfungsi sebagai formatif dan penilaian yang dilaksanakan selama  proses pembelajaran berlangsung. 
Selengkapnya bisa sobat GS telaah lebih lanjut tentang  Penilaian dalam proses pembelajaran

Penutup

Perubahan kondisi global dengan persaingan yang semakin ketat, terbukanya sekat-sekat kewilayahan dan tergabungnya dunia ke dalam satu kesatuan menjadikan perubahan persaingan , tuntukan dunia kerja dan perubahan orientasi yang harus diikuti dengan perubahan kompetensi lulusan sehingga transformasi dalam dunia pendidikan tidak bisa dihindari, semoga perubahan kurikulum bukan hanya sebatas egoisme para peminpin bangsa. namun lahir dari nurani untuk bergerak dengan hati dalam memajukan pendidikan Indonesia 

Semoga bermanfaat

ADH
ADH "Hebatnya seorang guru karena mendidik, dan rekreasi paling indah adalah mengajar" (KH Maimoen Zubair)

2 komentar untuk "Kurikulum 2022 sebagai opsi pilihan"

Jangan lupa tinggalkan komentar sebagai alat silaturahmi dan jika bermanfaat bisa saudara share, komentar yang memasukan link judi dan hal lainnya yang tidak sesuai norma, akan langsung saya hapus. Terimakasih, Sukses Selalu

Guru Sumedang (GS) adalah praktisi Pendidikan yang berkomitmen untuk kemajuan dunia pendidikan. Artikel,Video dan atau Gambar di situs www.gurusumedang.com kadang bersumber dari media lainnya,GS akan berupaya menuliskan sumbernya, dan HAK CIPTA sepenuhnya dipegang media tersebut.