Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lesson Study dan Efektifitas Pembelajaran di SMPN 4 Sumedang

Lesson Study dan Efektifitas Pembelajaran di SMPN 4 Sumedang. Lesson Study adalah suatu metode analisis kasus pada praktik pembelajaran dengan tujuan membantu pengembangan profesional para guru dan membuka kesempatan bagi mereka untuk saling belajar praktik-praktik nyata ditingkat kelas sehingga bisa menghadirkan pembelaran yang berpusat pada siswa.

Lesson studi dimulai di Jepang sekitar tahun 1870an (Inagaki dan Sato,1996) dengan siklus yang terdiri dari Plan (perencanaa) Do (pelaksaan dan observasi) dan See (Refleksi).

Berikut ini tulisan lengkap kepala SMPN 4 Sumedang Soni Darma Jatnika tentang Lesson Study dan efektifitas pembelajaran di SMPN 4 Sumedang. 

Lesson study dikabupaten Sumedang dimulai pada tahun 2006 atas inisiasi UPI Bandung yang mengirim  dosen - dosennya membimbing peningkatan kualitas guru di Kabupaten Sumedang dalam program Lesson Study.  Kemudian pada tahun 2009 dilanjutkan dalam program PELITA (peningkatan Kualitas) guru SMP/MTs kerjasama Kemdikbud-kemenag-JICA, dengan program Lesson study berbasis MGMP dimana saya menjadi salah satu Fasilitator nya.  Dalam rentang waktu 2011-2013  Bersama salah seorang guru di SMPN 4 Sumedang yaitu ibu Ai Deti Heryanti menjadi Fasilitator lesson study Provinsi Jawa Barat.
Soni Darma Jatnika,S.Pd.Bio
Kepala SMPN 4 Sumedang

Bismillahirohmanirrohim

Lesson study dikabupaten Sumedang dimulai pada tahun 2006 atas inisiasi UPI Bandung yang mengirim  dosen - dosennya membimbing peningkatan kualitas guru di Kabupaten Sumedang dalam program Lesson Study.

Tahun 2009 dilanjutkan dalam program PELITA (Peningkatan Kualitas) guru SMP/MTs kerjasama Kemdikbud-kemenag-JICA, dengan program Lesson study berbasis MGMP dimana saya menjadi salah satu Fasilitator nya.

Kemudian dalam rentang waktu 2011-2013  Bersama  guru IPA di SMPN 4 Sumedang yaitu ibu Ai Deti Heryanti,M.Pd dan Guru matematika Ibu Dede Kurniasih,S.Pd menjadi Fasilitator lesson study Provinsi Jawa Barat untuk Kota Cimahi.

Dan terus aktif sampai sekarang dalam komunitas belajar (lesson Study) yang beranggotakan guru-mahasiswa-dewan pendidikan-dosen seluruh Indonesia dibawah bimbingan Sumar Hendayana.Ph.D Presiden ALSI (Asosiasi lesson Study Indonesia)

Secara umum gambaran proses pembelajaran yang sering saya temukan ketika saya mengajar ataupun memimpin satuan pendidikan di beberapa sekolah dan berkeliling memantau kelas yaitu  guru berdiri didepan kelas, memegang buku teks ditangan kirinya dan spidol/kapur ditangan kanannya.

Wajah guru terlihat tegas dengan suara yang lantang menggelegar kesudut-sudut kelas, siswa yang dihadapannya mendengarkan gurunya dengan diam,  ribut sedikit saja gurunya dengan keras menegurnya, siswa duduk rapih dibangkunya menghadap guru dan papan tulis didepannya, jarang sekali ada siswa yang bertanya atau mengungkapkan pendapatnya selama pembelajaran berlangsung.

Kelas berjalan lancar dan terkendali, namun siswa dalam kondisi tegang dan kebanyakan tidak mengerti apa yang disampaikan gurunya, apalagi bagi siswa yang lamban pemahamannya, walaupun ketika guru menutup pembelajarannya dengan bertanya pada siswa  " apakah kalian mengerti ?,semua siswa menjawab ya, dengan harapan cepat berakhir.

Pada kelas-kelas seperti ini terlihat guru hanya fokus bagaimana mentransfer apapun informasi yang ada di buku teks, jika meminjam istilah Sri Wahyaningsih (2021) pendiri sekolah Sanggar Anak Alam (SALAM) yang mejadi rujukan Sekolah merdeka Belajar dalam bukunya " Sekolah Apa ini" adalah sekedar dijejalkan dan diwajibkan untuk diketahui. 

RPP menjadi patokan yang kaku, guru tidak mengindahkan apapun yang menjadi perhatian dan minat siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Apa yang disampaikannya jauh dan tidak terkait dengan kehidupan keseharian siswa. 

Pembelajaran yang mengawang-awang tidak kontekstual , ujungnya siswa tidak pernah megetahui dan memahami manfaatnya bagi kehidupan mereka.

Siswa hanya sebagai gelas kosong yang harus diisinya dengan informasi-informasi dari buku teks dengan mengintruksikan peserta didik untuk menghapalkannya, sehingga konsentrasi siswa hanya bagaimana menghapal kembali apa yang disampaikan gurunya tanpa pemikiran dan pemahaman yang mendalam.

Apa akibatnya pada siswa ?

  • siswa disebut pintar manakala mampu menghapal semua informasi dari buku teks, rumus mereka menghapal tanpa pemikiran dan pemahaman yang mendalam
  • mungkin kalau secara jujur ditanya siswanya akan menjawab : "bosan hanya duduk dikelas dan mendegarkan saja dari pagi sampai dengan sore dalam suasana yang tidak menyenangkan"
  • apa manfaat yang saya dapatkan setelah mempelajari hal-hal ini ?

Siswa tidak pernah merasakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan membuatnya antusias, dengan tingkat pemahaman yang dangkal dan hanya menyentuh permukaan saja dari tiap topiknya. 

Kondisi tersebut memperparah kemandirian belajar siswa (heutagogy) yang mengkerdilkan potensi siswa, dimana siswa tidak diberikan ruang dan kebebasan  dalam mengolah dirinya, mengolah potensi dan kesulitan-kesulitannya, menemukan pengetahuan yang dibutuhkannya  serta menentukan (determine) sendiri belajarnya.

Atas dasar inilah, saya begitu antusias dengan gerakan Lesson Study di Kabupaten Sumedang dalam mendorong guru untuk bisa merancang dan melaksanakan pembelajaran yang baik dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Sejak tahun 2006 SMPN 4 Sumedang merupakan salah satu sekolah yang menjalankan lesson Study Berbasis Sekolah. Sehingga sejak awal ditugaskan di SMPN 4 Sumedang saya mencoba memaksimalkan program lesson Study berbasis sekolah untuk menjadi rool model dalam proses pembelajaran guru di kelas. 

Prinsip dasar Lesson study adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa bukan berpusat pada guru, mulai dari plan do & see semuanya berbasis bagaimana realitas dan pengaruhya pada siswa.  Selain itu dalam memenuhi dan melayani keragaman tingkat dan pemahaman serta perbedaan siswa SMP 4 Sumedang terus mengembangkan diri dengan melakukan diferensiasi pembelajaran sebagaimana Strategi Komplementer 7 Metode Pembelajaran yang di landingkan Kepala Dinas Pendidikan kabupaten Sumedang Bapak H.Agus Washidin,S.Pd.,M.Si diantaranya :
Pelaksanaan Open Class (Gerakan Buka Kelas)
beserta Observer Tamu dari Jepang dan Malaysia 
SMPN 4 Sumedang

Prinsip dasar Lesson study adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa bukan berpusat pada guru, mulai dari plan do & see semuanya berbasis bagaimana realitas dan bagaimana pengaruhya pada siswa.

Selain itu dalam memenuhi dan melayani keragaman tingkat dan pemahaman serta perbedaan siswa SMP 4 Sumedang terus mengembangkan diri dengan melakukan diferensiasi pembelajaran sebagaimana Strategi Komplementer 7 Metode Pembelajaran yang di landingkan Kepala Dinas Pendidikan kabupaten Sumedang Bapak H.Agus Washidin,S.Pd.,M.Si diantaranya :

  1. pembelajaran virtual
  2. pembelajaran tematik terintegrasi proyek
  3. pembelajaran melalui modul ajar /LKS
  4. home Visit
  5. televisi/Radio dan media digital lainnya
  6. grup media Sosial
  7. penugasan berkala dan terstruktur

Tahun 2021 Kurikulum Merdeka mulai di gulirkan oleh kemdikbudristek,dengan dikeluarkannya Kepmendikbudristek  No 56 /M/2022 tentang Kurikulum merdeka yang mengusung merdeka belajar dengan pembelajaran berpusat pada siswa dimana siswa merdeka dari belenggu, bebas untuk mengekplorasi, keluar dari pasungan pembelajaran konvensional yang terbatas, yang membatasi stimulasi indra dan interaksi sosial serta lingkungannya, yang menomorduakan inisiatif dan kreatiftas peserta didik.

Proses pembelajaran menjadi proses pembelajaran aktif (active learning) dimana siswa aktif mencari dan menkontruksi pengetahuan, konsep dan keterampilannya, dengan strategi dan pendekatan yang beragam dalam pembelajarannya, posisi guru sebagai pemandu dan pamong dalam menuntun tumbuh dan kembangnya kodrat anak.

Baik Lesson Study maupun Kurikulum merdeka fokus utamanya adalah bagaimana menghadirkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student centered learning ), bukan berpusat pada guru (teacher Centered Learning)

Untuk menghadirkan proses pembelajaran yang efektif, secara umum ada tiga tahapan dasar yaitu 1) Plan (perencanaan), 2) Do (pelaksanaan) dan 3) See (Refleksi).

1. PLAN

Pada tahapan PLAN, guru-guru dalam satu mapel secara kolaboratif memikirkan apa yang harus diajarkan, dengan mengacu pada Silabus, KI dan KD atau dalam kurikulum merdeka mengacu Capaian Pembelajaran dan Alur Tujuan Pembelajaran, atau buku teks dan materi-materi referensi lainnnya. 

Pada tahapan PLAN, guru-guru satu mapel secara kolaboratif memikirkan apa yang harus diajarkan, dengan mengacu pada Silabus, KI dan KD atau dalam kurikulum merdeka mengacu Capaian Pembelajaran dan Alur Tujuan Pembelajaran, atau buku teks dan materi-materi referensi lainnnya.

Menganalisa tingkat pemahaman siswa secara hati-hati tentang pembelajaran sebelumnya (diagnostik) , apakah semunya dipahami dengan baik, kecendrungan-kecenderungan kesalahan yang diperbuat siswa, sehingga dihasilkan rencana pembelajaran yang menarik minat siswa.

Pembelajaran yang menarik bagi peserta didik akan membuat peserta didik berkonsentrasi pada pelajaran, pembelajaran menarik adalah yang dapat memantik dan merangsang keingintahuan, intelektualitas serta perhatian siswa.

2. DO

Kemudian di tahapan selanjutnya yaitu DO guru melaksanakan pembelajaran  berdasarkan rencana pembelajaran (RPP/Modul Ajar/Lesson Design). Selama proses pembelajaran dikelas akan banyak kejadian yang tidak kita harapkan terjadi seperti :

  • Peserta didik tidak memperlihatkan ketertarikannya pada pelajaran yang guru bawakan,
  • Peserta didik membutuhkan waktu lama untuk memahami dan ikut belajar dalam pembelajaran
  • Peserta didik kebingungan menjawab berbagai pertanyaan dan membutuhkan waktu yang panjang dalam menyelesaikan latihan.

Kemudian di tahapan selanjutnya yaitu DO guru melaksanakan pembelajaran  berdasarkan rencana pembelajaran (RPP/Modul Ajar/Lesson Design). Selama proses pembelajaran dikelas akan banyak kejadian yang tidak kita harapkan terjadi seperti :  Peserta didik tidak memperlihatkan ketertarikannya pada pelajaran yang guru bawakan, Peserta didik membutuhkan waktu lama untuk memahami dan ikut belajar dalam pembelajaran Peserta didik kebingungan menjawab berbagai pertanyaan dan membutuhkan waktu yang panjang dalam menyelesaikan latihan.

Selama melaksanakan observasi dikelas, saya temukan kondisi inilah yang menjadi bagian tersulit guru dalam menanganinya didalam kelas sehingga berimbas pada efektifitas proses pembelajaran secara keseluruhannya.

3. SEE

Tahapan selanjutnya adalah SEE (Refleksi), secara bersama-sama kolega guru lainnya yang mengobservasi kelas meninjau kembali pelaksanaan pembelajaran dengan mengacu pada rencana pembelajaran, seperti :
  • bagaimana pelajaran dilaksanakan ?
  • apakah ada masalah? jika ya 
  • apa saja masalah tersebut
  • lalu bagaimana masalah tersebut bisa dipecahkan .
Tahapan selanjutnya adalah SEE, secara bersama-sama kolega guru lainnya yang mengobservasi kelas meninjau kembali pelaksanaan pembelajaran dengan mengacu pada rencana pembelajaran, seperti : bagaimana pelajaran dilaksanakan ? apakah ada masalah? jika ya  apa saja masalah tersebut lalu bagaimana masalah tersebut bisa dipecahkan .

Dengan melaksanakan tahapan-tahapan ini guru dibiasakan dan didorong untuk  terus meningkatkan pembelajarannya di kelas-kelas lainnya, sehingga secara bertahap terjadi perbaikan dengan menutup kekurangan pada pembelajaran sebelumnya yang akhirnya dapat menghadirkan proses pembelajaran efektif dan berkualitas dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Active learning).

Untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran yang berpusat pada siswa (active learning) guru di latih menganalisanya dengan membuat  transkrip analisis pembelajaran atau yang disebut TBLA (Transcrip Based Lesson Analyses) dan pembelajaran interaktif dialogis dalam mengekplorasi potensi siswa, sebagaimana skema buku-buku Kurikulum Merdeka yang merangsang keingintahuan siswa, mendorong kemandirian belajar siswa serta bagaimana relevansinya dengan keadaan dan lingkungan siswa (Pembelajaran kontekstual)

Meningkatkan Kemampuan Guru

Untuk meningkatkan kemampuan guru (profesionalitas guru) Lesson study menjadi alat yang ampuh, dengan siklus Plan-Do-See nya guru dibudayakan untuk senantiasa :
  • memahami isi suatu materi (Plan)
  • merancang pembelajaran (plan)
  • mengamati individu siswa dan melihat apakah mereka benar-benar belajar atau tidak selama proses pembelajaran (Do)
  • mengamati pembelajaran guru lain dan mempelajari hal hal yang berguna  (observasi pada open class), untuk itu dibuatkan jadwal Open Class guru tiap bulannya secara bergiliran tiap kelompok mata pelajaran yang dikoordinir oleh Koordinator /Fasilitator Lesson studi berbasis sekolah.
  • berkembang besama guru- guru lain (kolega) ( See) atau bergabung dengan komunitas belajar.
Dengan penjadwalan  tiap kelompok mata pelajaran, memberikan ruang bagi guru untuk saling belajar satu sama lain dan mengambil nilai serta metode terbaik dari koleganya.

Contoh jadwal Open Lesson IPA di SMPN 4 Sumedang.

Dengan penjadwalan  tiap kelompok mata pelajaran, memberikan ruang saling belajar satu sama lain untuk mengambil nilai dan metode terbaik dari koleganya. seperti contoh jadwal Open Lesson IPA di SMPN 4 Sumedang.
Jadwal buka kelas (Open Class) 

Nilai Positip Kegiatan Lesson Study 

Lesson Study adalah suatu metode analisis kasus pada praktik pembelajaran dengan tujuan membantu pengembangan profesional para guru dan membuka kesempatan bagi mereka untuk saling belajar praktik-praktik nyata ditingkat kelas sehingga bisa menghadirkan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Beberapa nilai yang dapat dirasakan selama pelaksanaan Lesson Study :

1. Guru dibiasakan melaksanakan pembelajaran kolaboratif yaitu menumbuhkan hubungan saling belajar baik antara siswa dengan siswa, guru dan siswa serta antar guru dengan guru (kolega).

Dengan demikian siswa dapat menumbuhkan kemandirian belajarnya (Self Regulation), bukan siswa yang menunggu penjelasan, sedangkan hubungan antar siswa dan guru, dimana guru menempatkan diri menjadi tutor dan pamong siswa yang berprinsip sebagaimana filosofi Kihajar Dewantoro yaitu Tut Wuri Handayani dan antar kolega guru menumbuhkan budaya untuk bersama-sama tanpa terkecuali dapat berkembang sebagai seorang guru yang profesional.

2. Kemampuan guru terlihat meningkat minimal terbiasa dalam hal perencanaan pembelajaran dengan mempertimbangkan banyak aspek :
  • Perancangan pembelajaran dilakukan secara kolaborasi
  • meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan perencanaan pembelajaran dengan mempertimbangkan banyak hal, seperti :
    • Alat dan bahan belajar
    • Pembentukan Kelompok
    • Prediksi respon siswa di kelas
    • Metode mengajar
    • Mengembangkan kolaborasi di siswa
    • Bagaimana guru memberikan apersepsi belajar diawal pembelajaran
    • Bagaimana guru membuat pertanyaan-pertanyaan selama pembelajaran (menciptakan pembelajaran interaktif dialogis)
3. Melalui refleksi para observer tanpa saling menjatuhkan dan menghakimi guru model bersama-sama :
  • mengidentifikasi hal-hal penting dalam aktifitas belajar siswa, 
  • mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif model pembelajaran yang dipilih, 
  • mengajukan solusi alternative baik terhadap media pembelajaran yang digunakan, maupun langkah yang harus dilakukan oleh guru agar siswa lebih terlibat dalam pembelajaran; dan  
  • bersama-sama mengambil pelajaran berharga dari setiap proses yang terjadi selama observasi kelas untuk perbaikan proses pembelajaran lainnya. 
Manabu Sato (2013) mengatakan kolegialitas inilah yang menjadi ciri sekolah model abad 21, dengan terbentuknya Komunitas Belajar.

4. Kekakuan pelaksanaan tugas kepala sekolah dalam mensupervisi (Coaching) guru menjadi cair, stigma supervisi sebagai penghakiman kepala sekolah terhadap guru menguap karena prinsip kolaborasi, secara bertahap kepala sekolah bisa melihat dan terlibat langsung bagaimana proses plan, do dan see (refleksi) proses pembelajaran berjalan. 
Dengan demikian siswa dapat menumbuhkan kemandirian belajarnya (Self Regulation), bukan siswa yang menunggu penjelasan, sedangkan hubungan antar siswa dan guru, dimana guru menempatkan diri menjadi tutor dan pamong siswa yang berprinsip sebagaimana filosofi Kihajar dewantoro yaitu Tut Wuri Handayani dan antar kolega guru menumbuhkan budaya untuk bersama-sama tanpa terkecuali dapat berkembang sebagai seorang guru yang profesional.  2. Kemampuan guru terlihat meningkat minimal terbiasa dalam hal perencanaan pembelajaran dengan mempertimbangkan banyak aspek : Perancangan pembelajaran dilakukan secara kolaborasi meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan perencanaan pembelajaran dengan mempertimbangkan banyak hal, seperti : Alat dan bahan belajar Pembentukan Kelompok Prediksi respon siswa di kelas Metode mengajar Mengembangkan kolaborasi di siswa Bagaimana guru memberikan apersepsi belajar diawal pembelajaran Bagaimana guru membuat pertanyaan-pertanyaan selama pembelajaran (menciptakan pembelajaran interaktif dialogis) 3. Melalui refleksi para observer tanpa saling menjatuhkan dan menghakimi guru model membantu guru dalam menemukan kelemahan selama pembelajaran, serta mengajukan solusi alternative baik terhadap media pembelajaran yang digunakan maupun langkah yang harus dilakukan oleh guru agar siswa lebih terlibat dalam pembelajaran 4. kekakuan pelaksanaan tugas kepala sekolah dalam mensupervisi guru menjadi cair, stigma supervisi menjadi penghakiman sirna karena prinsip kolaborasi, secara bertahap kepala sekolah bisa melihat dan terlibat langsung bagaimana proses plan, do dan see (refleksi) proses pembelajaran berjalan.

Dengan guru yang profesional dalam melaksanakan tugasnya akan bermuara pada terwujudnya visi pendidikan Indonesia yaitu : mewujudkan Indonesia maju berdaulat, mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya Profil pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri,beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, bergotongroyong dan berkebhinekaan global.

Semoga daya upaya kita dalam menghadirkan pembelajaran yang berkualitas yang berpusat pada siswa dapat terwujud untuk kemajuan pendidikan Indonesia. Semoga bermanfaat
Wassalam,
ADH
ADH "Hebatnya seorang guru karena mendidik, dan rekreasi paling indah adalah mengajar" (KH Maimoen Zubair)

Posting Komentar untuk "Lesson Study dan Efektifitas Pembelajaran di SMPN 4 Sumedang"

Guru Sumedang (GS) adalah praktisi Pendidikan yang berkomitmen untuk kemajuan dunia pendidikan. Artikel,Video dan atau Gambar di situs www.gurusumedang.com kadang bersumber dari media lainnya,GS akan berupaya menuliskan sumbernya, dan HAK CIPTA sepenuhnya dipegang media tersebut.